BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa
kehidupan dan peradaban manusia di awal milenium ketiga ini mengalami banyak perubahan. Dalam merespon
fenomena ini, manusia berpacu mengembangkan pendidikan dalam semua lapangan
ilmu pengetahuan (sosial, alam, pasti dan ilmu terapan).
Seiring
perkembangan tersebut, muncul sejumlah krisis multidimensi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, baik bidang idiologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan maupun keamanan. Konsekwensinya, peran serta efektivitas
pendidikan agama di sekolah sebagai pemberi nilai spiritual terhadap
kesejahteraan masyarakat dipertanyakan. Dengan asumsi bahwa jika pendidikan
agama dilaksanakan dengan baik, maka kehidupan masyarakat pun akan lebih baik.
Agar kondisi ini bisa terwujud maka diperlukan
sistim yang baik pula.. Karenanya, Pemerintah membuat aturan strategis berupa
Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan
Nasional, dengan harapan keadaan masyarakat lebih baik dan kondusif untuk
menjawab tantangan zaman. sebagaimana termaktub dalam bab II Pasal 3 bahwa :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta tanggung jawab” (UU Sisdiknas, 2003:7)
Agar supaya pelaksanaan Undang-Undang ini
berjalan efektif dan effisien, perlu dilengkapi pedoman operasional berupa
Kurikulum Berbasis Kompetensi (Basic
Competency) yang lebih menitik beratkan pada pencapaian target kompetensi;
lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang
tersedia; serta memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana
pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
Pembelajaran berbasis kompetensi merupakan
pembelajaran yang dirancang untuk menggali potensi dalam pengalaman belajar
siswa agar mampu memenuhi pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan (Mulyasa,
2005:94).
Dalam ajaran Islam, pendidikan agama Islam
sebagai wacana yang memiliki tingkat urgenitas yang tinggi terhadap proses
pengembangan seutuhnya dan harus menjadi prioritas dalam membangun tatanan yang
lebih progresif. Sedangkan menurut
Zakiyah Drajat sebagaimana dikutip Majid,dkk bahwa pendidikan Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasah peserta didik agar senantiasa memahami ajaran Islam
secara menyeluruh (Majid, Adayani, 2005: 130).
Mengingat pentingnya pendidikan dalam kehidupan
manusia dan pentingnya proses pembelajaran untuk mendapatkan ilmu pengetahuan,
maka dalam ajaran Islam kedua proses tersebut sangatlah ditekankan pelaksanaannya.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11 :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ امَنُوا إِذَا قِيلَ
لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا
قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ امَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجتٍ
وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (المجادلة : 11)
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu “ berlapang-lapanglah
dalam mejelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan ‘’ berdirilah kamu’, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan (Depag RI, 1989: 910).
Dengan pedoman tersebut
diharapkan output Pendidikan Agama Islam
khususnya akan lebih baik dan menciptakan keadaan masyarakat yang lebih
kondusif untuk menjawab tantangan zaman . Menuntut ilmu merupakan fardlu ‘ain
(kewajiban mutlak) bagi setiap insan khususnya kaum muslimin agar menjadi
manusia yang paripurna (insan kamil).
Secara implisit, proses belajar-mengajar haruslah sesuai dengan situasi
dan kondisi peserta didik (student
centred), baik kondisi fisik maupun psikologisnya (physic and psychis condition of students)
Karenanya, respon pemerintah dalam pembangunan
pendidikan nasional, khususnya Pendidikan Agama Islam sebagai ujung tombak
pembangunan bangsa sebagaimana diharapkan dalam undang-undang, perlu melibatkan
aneka ragam sarana-prasarana, salah satu diantaranya ialah kurikulum berbasis
kompetensi (Basic Competency).
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan
pendidikan dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik, kesesuaian
dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Tehnologi (Iptek).
Untuk
mewujudkan tujuan tersebut dibutuhkan program yang memungkinkan siswa memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam,
sehingga diharapkan siswa mempunyai pengetahuan yang luas, keimanan dan
ketakwaan yang kuat serta memiliki akhlak yang baik sebagai hasil proses
belajar mengajar.
Agar supaya proses belajar-mengajar berjalan
dengan baik dibutuhkan pendekatan pembelajaran terpadu dan metode pengajaran
yang sesuai dengan tujuan, salah satunya adalah “ Reading Guide ”. Reading
Guide adalah suatu metode dimana siswa dituntut untuk menjadi lebih aktif
memahami materi ajar sesuai dengan tujuan pengajaran dengan cara melaksanakan
tugas yang diberikan oleh guru dalam bentuk tulisan (Zaini , 2004:8).
Reading guide ini dilaksanakan bilamana
alokasi waktu belajar-mengajar di kelas tidak seimbang dengan alokasi waktu
yang tersedia. Dengan metode ini diharapkan siswa lebih aktif mengekplorasi
wawasan terhadap materi ajar yang disajikan guru karena siswa akan memiliki dua
kegiatan secara simultan yaitu kreatif membaca, membuat pertanyaan dan jawaban;
dan tujuan pembelajaran bisa tercapai secara optimal.
Sedangkan dalam A Guide To Resources, Reading Guide dari
pada reading guide ialah petunjuk guru. Guru menguraikan konsep sesuai dengan tujuan, kebutuhan
dan pengetahuan anak. Kemudian, guru menbulis pertanyaan dan atau pernyataan
yang memandu murid untuk membaca dan merespon (menanggapi) konsep dan bahan
bacaan /teks).
Maksud dari batasan di atas
adalah reading guide merupakan penuntun
bagi guru dalam menyajikan pelajaran kepada
peserta didik dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk memperoleh
respon dari mereka dan merangsang mereka mempelajari bahan bacaan yang
diberikan. Dengan metode Reading Guide
ini maka guru bisa menciptakan suasana kelas lebih aktif, dengan cara memberikan suatu bacaan
sehingga peserta didik dapat membuat pertanyaan dan mampu menjawab ataupun
membuat sebuah statemen.
ِإقْرَأْ كِتبَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ اْليَوْمَ عَلَيْكَ
حَسِيْبًا ( بنى اسرائيل: 14)
Artinya “ bacalah kitabmu,
cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisap terhadapmu”(Depag,
1989:426)
Realita menunjukkan bahwa, masih
sedikit jumlah siswa yang memiliki minat baca, sehingga mempengaruhi kualitas
wawasan dan ilmu pengetahuannya. Oleh sebab itu tujuan reading guide yaitu agar
supaya siswa bisa menumbuhkan keinginan membaca dan mengkritisi suatu bacaan. Sehingga
dengan begitu proses pembelajarn menjadi lebih aktif.
SMPN 02 merupakan lembaga
formal, yang berupaya mengimplementasikan kompetensi kurikulum PAI, dalam
rangka mengoptimalkan pemahaman ajaran Agama Islam dengan mengembangkan sistem
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Akan tetapi usaha tersebut masih baru
diaplikasikan dikelas I dan II.
Lembaga ini merupakan salah satu sekolah menengah
di desa yang telah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Hal
ini dibuktikan dengan besarnya perkembangna jumlah siswa yang mendaftarkan diri
dari setiap tahunnya. Bahkan sampai saat ini jumlah siswa yang masuk sudah
kurang lebih tiga siswa (terhitung dari kelas satu sampai kelas tiga).
Siswa yang ada di sekolah ini tidak hanya datang
dari masyarakat sekitar melainkan dari luar desa. Kebanyakan
orang tua siswa ingin mencetak output
yang berkualitas, oleh karena itu orang tua mempercayakan anaknya pada lembaga
ini, selain orang tua ingin mencetak output
berkualitas, juga diharapkan output
menanamkan serta menciptakan akhlaqul karimah. Oleh karena itu dalam lembaga
ini mengoptimalkan pembelajaran PAI dengan salah satu metode dimana siswa dapat
memahami dan mengerti tentang Pendidikan Agama Islam secara utuh.
Materi PAI adalah merupakan satu mata pelajaran
yang erat sekali hubungannya dengan kehidupan sehari-hari siswa, keefektifan
pembelajaran PAI sangat di dukung dengan pemahaman siswa tentang ajaran Islam
dan kesadaran siswa untuk mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari–hari.
Oleh karena itu, dalam metode Reading
Guide pada mata pelajaran PAI siswa dapat bertanya dan menjawab apa yang
telah siswa ketahui maupun belum diketahui.
Dari uraian diatas, dapat dimengerti bahwasanya
SMPN 02 adalah lembaga pendidikan formal namun didalamnya
menanamkan dan mengajarkan pendidikan Agama Islam dengan memanfaatkan potensi
dan mengembangkan baik dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh
karena itu peminat lembaga ini sangat banyak, maka dari itu sistem pembelajaran
harus disesuaikan denagn kemajuan zaman, supaya tidak menimbulkan kekecewaan
dikalangan orang tua peserta didik.
Realitas yang ada pada proses pembelajaran di lembaga itu sangat jauh dari proses
pembelajaran efektif, ketidak efektifan pada proses pembelajaran yang ada di
lembaga tersebut dibuktikan dengan adanya siswa yang mondar-mandir keluar masuk
kelas disaat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung selain itu belum
diterapkannya PAKEM.
Dengan demikian kondisi atau situasi belajar
peserta didik yang ada di lembaga ini
masih belum dapat dikatakan situasi belajar yang efektif dan menyenangkan.
Sebab pembelajaran dapat dikatakan efektif dan menyenangkan didalam proses
pembelajaran manakala dicirikan oleh dua aktifitas yakni aktif dalam berfikir (minds-on) dan aktif dalam berbuat (bands-on) yang keduanya saling terkait.
Perbuatan siswa dalam
pembelajaran merupakan hasil keterlibatan berfikir terhadap obyek belajarnya.
Pengalaman sebagai hasil perbuatan siswa, selanjutnya diolah dengan menggunakan
kerangka berfikir dan pengetahuan yang dimilikinya untuk membangun pengetahuan.
Dengan cara ini peserta didik dapat mengembangkan pemahaman bahkan merubah
pemahaman sebelumnya menjadi semakin baik (ilmiah) (Suparno,2002:42).
Dengan demikian proses
pembelajaran yang ada di SMPN 02 Yayasan Islam Nahdlathuth Tholabah belum kondusif, sebab kreatifitas serta ketrampilan siswa dalam
mengolah pemikiran peserta didik itu sendiri sangat kurang, hal ini dibuktikan
dengan terlibatnya siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu
adanya optimalisasi proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara maksimal, efektif dan efesien, melalui salah satu pembelajaran aktif yaitu Reading
Guide.
Dari fenomena diatas, kiranya
perlu adanya suatu perbaikan dalam proses pembelajaran, supaya kegiatan belajar
mengajar menjadi lebih aktif. Perbaikan ini diaktualisasikan menggunakan
strategi reading guide.