vSemua
sumber yang dipakai sebagai rujukan dalam penulisan skripsi harus dicantumkan
dalam daftar pustaka.
vTeknik
penulisan sumber dalam daftar pustaka berbeda dengan teknik
penulisan catatan kaki khususnya penempatan tahun terbit buku yang diletakkan
setelah nama pengarang. Untuk menulis identitas sumber dalam bentuk buku, maka
susunan nama penulis dibalik, nama akhir (last name) kemudian diikuti nama awal (first name). Jika penulis buku tersebut
mempunyai nama tengah (middle name), maka
nama tengah ditulis setelah nama awal. Setiap unsur identitas dalam daftar
pustaka selalu diakhiri dengan titik. Koma dipakai hanya ketika menengahi nama
akhir dan awal penulisan serta nama penerbit dan tahun penerbitan. Sedangkan
antara tempat penerbitan dan nama penerbitan ditulis titik dua. Kemudian
sumber-sumber yang dijadikan bibliografi tersebut disusun berdasarkan abjad
dari A sampai Z sehingga terlihat urut dan rapi.
Contoh:
Basyr, Ahmad Azhar. 1993. Refleksi Atas
Persoalan Keislaman. Bandung:
Mizan.
Gani, Bustami A. 1994. Beberapa
Aspek Ilmiah tentang Al-Qur’ân. Jakarta: Litera Antarnusa.
Hasan, Fuad. 1997. Heteronomia. Jakarta: Pustaka Jaya.
Jika
sumber yang dikutip merupakan transliterasi dari nama-nama (pengarang)
berbahasa Arab seperti al-Ghazali, al-Baghdadi, dan lain-lain maka urutan yang
dipakai bukan dari segi abjad paling depan, tetapi merujuk kepada nama pokoknya
seperti Ghazali, Baghdadi, dan lain-lain, sehingga susunan penulis menjadi
seperti berikut :
Abî
al-Barakat, Majd al-Dîn. 1964. Al-Muharrar fî al-Fiqh ‘alâ Madhhab al-Imâm
Ahmad b. Hanbal. Vol. 1.
Beirut: Dâr al-Kitâb al-‘Arabî.
Al-Baghdâdî
al-Hanbalî, Shafî al-Dîn. 1986. Qawâ’id al-Ushûl wa Ma’âqid al-Fushûl. Beirut: ‘Alam al-Kutub.
Basyr,
Ahmad Azhar. 1993. Refleksi Atas Persoalan Ke-Islaman. Bandung: Mizan.
Al-Dhahabî,
Muhammad Husayn. 1962. Al-Tafsîr wa al-Mufassirûn. vol. 3. Kairo: Dâr al-Kutub al-Hadîtsah.
Gani,
Bustami A. 1994. Beberapa Aspek Ilmiah tentang Al-Qur’ân. Jakarta: Litera Antarnusa.
Al-Taymîyah.
1983. al-Musawwadah
fî Ushûl al-Fiqh. Kairo:
Maţba’at al-Madanî.
Jika seorang penulis mempunyai beberapa
sumber yang dicantumkan dalam daftar pustaka, maka nama penulisnya hanya
dicantumkan pada sumber pertama saja. Sedangkan pada sumber kedua dan
seterusnya, nama tersebut diganti dengan tanda – yang dibuat sebanyak 9
(sembilan) kali ketukan kemudian diikuti titik.
Contoh:
Nasution,
Harun. 1986. Akal dan Wahyu. Jakarta:
UI Press.
________.
1975. Filsafat
Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
________. 1987. Muhammad Abduh dan Teologi Rasional
Mu’tazilah. Jakarta: UI Press.
Jika
sumber yang dikutip dalam bentuk artikel, baik yang berasal dari jurnal atau
buku, maka halaman artikel harus dicantumkan mulai dari halaman pertama sampai
terakhir dan sebelumnya titik dua.
Contoh:
Shinar, P.
1977. “Traditional and Reformist Mawlid Celebrations in the Maghrib.” Dalam Studies in
Memory of Guston Wiet. Ed.
Myriam Rosen-Ayalon. Jerusalem: Institute of Asian and African Studies, the
Hebrew University, Jerusalem: 371-413.
Van
Bruinessen, Martin. 1994 .“Pesantren dan Kitab Kuning: Pemeliharaan dan
Kesinambungan Tradisi Pesantren.” Ulumul Qur’ân.4: 75-85.
Wachid,
Abdurrachman. 1985. “Menjadikan Hukum Islam Sebagai Penunjang Pembangunan”
dalam Agama dan
Tantangan Zaman: Pilihan Artikel Prisma, 1975-1984. Jakarta: LP3ES: 64-79
Tidak ada komentar:
Posting Komentar