Rabu, 01 Februari 2012

Tehnik Penulisan Daftar Pustaka.


vSemua sumber yang dipakai sebagai rujukan dalam penulisan skripsi harus dicantumkan dalam daftar pustaka.
vTeknik penulisan sumber dalam daftar pustaka  berbeda dengan teknik penulisan catatan kaki khususnya penempatan tahun terbit buku yang diletakkan setelah nama pengarang. Untuk menulis identitas sumber dalam bentuk buku, maka susunan nama penulis dibalik, nama akhir (last name) kemudian diikuti nama awal (first name). Jika penulis buku tersebut mempunyai nama tengah (middle name), maka nama tengah ditulis setelah nama awal. Setiap unsur identitas dalam daftar pustaka selalu diakhiri dengan titik. Koma dipakai hanya ketika menengahi nama akhir dan awal penulisan serta nama penerbit dan tahun penerbitan. Sedangkan antara tempat penerbitan dan nama penerbitan ditulis titik dua. Kemudian sumber-sumber yang dijadikan bibliografi tersebut disusun berdasarkan abjad dari A sampai Z sehingga terlihat urut dan rapi.
Contoh:
Basyr, Ahmad Azhar. 1993. Refleksi Atas Persoalan Keislaman. Bandung: Mizan.
Gani, Bustami A. 1994. Beberapa Aspek Ilmiah tentang Al-Qur’ân. Jakarta: Litera Antarnusa.
Hasan, Fuad. 1997. Heteronomia. Jakarta: Pustaka Jaya.
 
Jika sumber yang dikutip merupakan transliterasi dari nama-nama (pengarang) berbahasa Arab seperti al-Ghazali, al-Baghdadi, dan lain-lain maka urutan yang dipakai bukan dari segi abjad paling depan, tetapi merujuk kepada nama pokoknya seperti Ghazali, Baghdadi, dan lain-lain, sehingga susunan penulis menjadi seperti berikut :
Abî al-Barakat, Majd al-Dîn. 1964. Al-Muharrar fî al-Fiqh ‘alâ Madhhab al-Imâm Ahmad b. Hanbal. Vol. 1. Beirut: Dâr al-Kitâb al-‘Arabî.
Al-Baghdâdî al-Hanbalî, Shafî al-Dîn. 1986. Qawâ’id al-Ushûl wa Ma’âqid al-Fushûl. Beirut: ‘Alam al-Kutub.
Basyr, Ahmad Azhar. 1993. Refleksi Atas Persoalan Ke-Islaman. Bandung: Mizan.
Al-Dhahabî, Muhammad Husayn. 1962. Al-Tafsîr wa al-Mufassirûn. vol. 3. Kairo: Dâr al-Kutub al-Hadîtsah.
Gani, Bustami A. 1994. Beberapa Aspek Ilmiah tentang Al-Qur’ân. Jakarta: Litera Antarnusa.
Al-Taymîyah. 1983. al-Musawwadah fî Ushûl al-Fiqh. Kairo: Maţba’at al-Madanî
      Jika seorang penulis mempunyai beberapa sumber yang dicantumkan dalam daftar pustaka, maka nama penulisnya hanya dicantumkan pada sumber pertama saja. Sedangkan pada sumber kedua dan seterusnya, nama tersebut diganti dengan tanda – yang dibuat sebanyak 9 (sembilan) kali ketukan kemudian diikuti titik.
Contoh:
Nasution, Harun. 1986. Akal dan Wahyu. Jakarta: UI Press.
________. 1975. Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
 ________. 1987. Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah. Jakarta: UI Press.
 
Jika sumber yang dikutip dalam bentuk artikel, baik yang berasal dari jurnal atau buku, maka halaman artikel harus dicantumkan mulai dari halaman pertama sampai terakhir dan sebelumnya titik dua.
Contoh:
Shinar, P. 1977. “Traditional and Reformist Mawlid Celebrations in the Maghrib.” Dalam Studies in Memory of Guston Wiet. Ed. Myriam Rosen-Ayalon. Jerusalem: Institute of Asian and African Studies, the Hebrew University, Jerusalem: 371-413.
Van Bruinessen, Martin. 1994 .“Pesantren dan Kitab Kuning: Pemeliharaan dan Kesinambungan Tradisi Pesantren.” Ulumul Qur’ân.4: 75-85.
Wachid, Abdurrachman. 1985. “Menjadikan Hukum Islam Sebagai Penunjang Pembangunan” dalam Agama dan Tantangan Zaman: Pilihan Artikel Prisma, 1975-1984. Jakarta: LP3ES: 64-79
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar