Jumat, 28 Juni 2013

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN CARA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SEMARANG

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN CARA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SEMARANG
Sri Hardjo dan Badjuri
(UPBJJ UT Semarang)

Pendahuluan
     Proses belajar mengajar di sekolah bersifat sangat kompleks, karena di dalamnya terdapat aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis. Aspek pedagogis merujuk pada kenyataan bahwa belajar mengajar di sekolah terutama di sekolah dasar berlangsung dalam lingkungan pendidikan dimana guru harus mendampingi siswa dalam perkembangannya menuju kedewasaan, melalui proses belajar mengajar di dalam kelas. Aspek psikologis merujuk pada kenyataan bahwa siswa yang belajar di sekolah memiliki kondisi fisik dan psikologis yang berbeda-beda. Selain itu, aspek psikologis merujuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri sangat bervariasi, misainya: ada belajar materi yang mengandung aspek hafalan, ada belajar keterampilan motorik, ada belajar konsep, ada belajar sikap dan seterusnya. Adanya kemajemukan ini menyebabkan cara siswa belajar harus berbeda-beda pula, sesuai dengan jenis belajar yang sedang berlangsung. Aspek didaktis merujuk pada. pengaturan belajar siswa oleh tenaga. pengajar. Dalam hal inipun, ada. berbagai prosedur didaktis. Berbagai cara mengelompokkan, dan beraneka macam media pengajaran. Guru harus menentukan metode yang paling efektif untuk proses belajar mengajar tertentu sesuai dengan tujuan instruksional. yang harus dicapai. Demikian pula dengan kondisi eksternal belajar yang harus diciptakan oleh pengajar, sangat bervariasi.
Dilihat dari sisi ini, terlihat betapa pentingnya kedudukan guru dalam proses belajar mengajar. Prestasi anak didik dipengaruhi oleh banyak faktor, namun yang paling menentukan adalah faktor guru (Acc Suryadi, Hartilaar, 1993, hal.1 11).
     Dalam hal ini guru sangat berperan dalam menentukan cara yang dianggap efektif untuk membelajarkan siswa, baik di sekolah maupun di luar jam sekolah, misalnya dengan memberikan pekerjaan rumah. Ketidakpedulian guru terhadap pembelajaran siswa akan membawa kernerosotan bagi perkembangan siswa. Guru yang sering memberikan latihan-latihan dalam rangka pemahaman materi akan menghasilkan siswa yang lebih baik bila dibandingkan dengan guru yang hanya sekedar menjelaskan dan tidak memberi tindak lanjut secara kontinu. Dengan kata lain, prestasi belajar siswa sangat ditentukan oleh cara mengajar guru yang akan menciptakan kebiasaan belajar pada. siswa. Cara atau  kebiasaan belajar banyak diartikan sebagai bentuk belajar atau tipe belajar. Esensi istilah tersebut adalah suatu perbuatan belajar, yaitu tingkah laku individu-individu pada proses belajar. Kebiasaan merupakan suatu cara bertindak yang telah dikuasai yang bersifat tahan uji (persistent) (Witherington, 1986, hal. 13). Kebiasaan biasanya tejadi tanpa disertai kesadaran pada pihak yang memiliki kebiasaan itu. Jenis bentuk belajar menurut Van Parreren (dalam Winkel, 1996) meliputi: (1) Otomatisme, yaitu terutama meliputi belajar keterampilan motorik, tetapi kadang dapat juga belajar kognitif, (2) Insidental, yaitu siswa belajar sesuatu tanpa mempunyai intensi atau maksud untuk mempelajari hal tertentu, khususnya yang bersifat pengetahuan mengenai fakta atau data, (3) Menghafal, yaitu orang menanarnkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat direproduksi kembali, (4) Belajar pengetahuan, adalah orang mulai mengetahui berbagai macam data mengenai kejadian, keadaan, benda-benda dan orang, (5) Belajar arti kata-kata, adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan, (6) Belajar konsep, yaitu orang mengadakan abstraksi yaitu dalam obyek-obyek yang meliputi benda, kejadian dan orang, (7) Belajar memecahkan problem melalui pengamatan, yaitu orang dihadapkan pada problem yang harus dipecahkan dengan mengamati baik-baik dan (8) Belajar berpikir, yaitu orang juga dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan, tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan, namun dipecahkan melalui operasi mental.
     Selain itu, faktor yang sangat menentukan prestasi belajar siswa adalah motivasi siswa itu sendiri untuk berprestasi. Sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi prestasi belajar yang dicapainya rendah, akibat kemampuan intelektual yang dimilikinya tidak/kurang berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung agar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa dapat berfungsi secara optimal adalah adanya motivasi untuk berprestasi yang tinggi dalam dirinya. Motivasi merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan (Donald dalam Wasty Sumanto, 1998 hal. 203). Motivasi merupakan bagian dari belajar.
     Dari pengertian motivasi tersebut tampak tiga hal, yaitu: (1) motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang, (2) motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif yang kadang tampak dan kadang sulit diamati, (3) motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Siswa akan berusaha sekuat tenaga apabila dia memiliki motivasi yang besar untuk mencapai tujuan belajar. Siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh tanpa dipaksa, bila memiliki motivasi yang besar; yang dengan demikian diharapkan akan mencapai prestasi yang tinggi. Adanya motivasi berprestasi yang tinggi dalam diri siswa merupakan syarat agar siswa terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mengatasi berbagai kesulitan belajar yang dihadapinya, dan lebih lanjut siswa akan sanggup untuk belajar sendiri.
     Dengan dasar pemikiran tersebut, penelitian ini dilakukan dengan memusatkan perhatian pada masalah apakah motivasi berprestasi dan cara belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Secara spesifik pertanyaan yang ingin dijawab oleh penelitian ini adalah: (1) Apakah motivasi berprestasi berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa SD? (2) Apakah cara belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa SD? Serta (3) Apakah motivasi berprestasi dan cara belajar secara bersama-sama berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa SD? Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi para guru, khususnya guru SD akan pentingnya (1) menimbulkan motivasi pada anak, dan (2) memperhatikan cara/kebiasaan belajar siswa untuk mempertinggi prestasi belajar mereka.

Metode Penelitian
     Penelitian ini termasuk jenis penelitian ex-post facto korelatif Variabel yang diperhatikan atau diselidiki terdiri dari (1) Prestasi belajar siswa sebagai variabel tak bebas, (2) Motivasi berprestasi dan cara/kebiasaan belajar sebagai variabel bebas. Untuk mengukur variabel bebas digunakan angket, dan untuk mengukur variabel terikat diambil dokumen nilai prestasi siswa yang ada.
Populasi penelitian ini adalah siswa sekolah dasar se Kabupaten Semarang pada tahun ajaran 1998/1999. Secara acak terpilih Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Getasan, Kecamatan Bringin, Kecamatan Suruh serta Kecamatan Susukan sebagai sampel. Masing-masing kecamatan mewakili daerah-daerah pegunungan, kota, desa serta daerah semi perkotaan dan dari masing-masing kecamatan diambil dua SD untuk mewakili daerah pinggiran dan pusat kecamatan. Analisa meliputi analisa instrumen dan analisa data hasil penelitian, (1) Untuk analisa instrumen digunakan korelasi product moment untuk menguji validitas angket (Sutrisno Hadi, 1971, hal. 222), KR 20 untuk menguji reliabilitas angket, sedang untuk menguji normalitas data digunakan statistik Chi Kuadrat (Sudjana, 1992, hal. 273), (2) Data hasil penelitian dianalisa dengan memakai statistik deskriptif dan statistika inferensial. Statistik inferensial yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi ganda (Sudjana; 1996).

Temuan dan Pembahasan
a. Hasil Analisis Deskriptif
1.      Tingkat prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kabupaten Semarang termasuk kategori baik yaitu sekitar 64,2 persen dengan skor 63 - 73, sedangkan skor terendah. adalah 41 dan tertinggi adalah 83, dan rata-rata, prestasi siswa adalah 66,4 dari 500 siswa sebagai sampel.
2.      Tingkat motivasi berprestasi siswa sekolah dasar di Kabupaten Semarang termasuk kategori cukup, yaitu sekitar 54 persen sampel, dengan skor 32 - 40, sedangkan skor terendah 23 dan skor tertinggi 57, dan rata-rata skor motivasi berprestasi adalah 38,4.
3.      Tingkat cara/kebiasaan belajar siswa sekolah dasar di Kabupaten Semarang termasuk kategori baik, yaitu sekitar 47,6 persen dengan skor 137 - 167, sedangkan skor terendah. adalah 87 dan tertinggi 188, dan rata-rata skor cara belajar siswa adalah 142.

b. Hasil Pengujian Hipotesis
1.      Terdapat korelasi yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa SD di Kabupaten Semarang, dengan F hitung sebesar 14,786 dan F tabel sebesar 3,86 untuk DF pembilang = 1, dan DF penyebut 498 pada taraf signifikansi 0,05.
2.      Terdapat korelasi yang signifikan antara cara belajar dengan prestasi belajar siswa. SD di Kabupaten Semarang, dengan F hitung sebesar 15,173, dan F tabel sebesar 3,96 untuk DF pembilang I dan DF penyebut 498.
3.      Terdapat korelasi yang signifikan antara motivasi berprestasi dan cara/kebiasaan belajar dengan prestasi belajar siswa SD di Kabupaten Semarang, Dengan F hitung sebesar 9,603 dan F tabel sebesar 3,01, untuk DF pembilang 2 dan DF penyebut 497 pada taraf signifikansi 0,05.

Pembahasan
     Hasil Penelitian ini menggungkapkan adanya pengaruh antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa SD di Kabupaten Semarang, dengan koefisien determinasi 0,029. Berarti sekitar 2,90 persen variasi total prestasi belajar dapat dijelaskan oleh motivasi berprestasi (tanpa memperhitungkan variabel lain).
Selanjutnya hasil penelitian ini mengungkapkan adanya pengaruh yang positif antara, cara belajar dengan prestasi belajar siswa SD di Kabupaten Semarang, dengan koefisien determinasi 0,030. Berarti sekitar 3 persen variasi total prestasi belajar dapat dijelaskan oleh cara belajar (tanPa memperhitungkan variabel yang lain). 
Lebih lanjut hasil penelitian ini mengungkap adanya pengaruh antara motivasi berprestasi dan cara/kebiasaan belajar dengan prestasi belajar siswa SD di Kabupaten Semarang, dengan koefisien determinasi 0,037. Berarti sekitar 3,7 persen variasi total prestasi belajar dapat dijelaskan oleh variabel motivasi berprestasi dan cara belajar secara bersama-sama (tanpa memperhitungkan variabel yang lain).

Kesimpulan dan Rekomendasi
     Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1.      Motivasi berprestasi dan cara/kebiasaan belajar berkorelasi positif dengan prestasi belajar, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.
2.      Sekitar 3,70 persen variasi total prestasi belajar siswa dapat dijelaskan oleh variabel motivasi berprestasi dan cara/kebiasaan belajar (tanpa memperhitungkan variabel yang lain).
3.      Semakin tinggi motivasi berprestasi dan semakin baik cara/kebiasaan belajar, semakin tinggi juga prestasi belajar siswa.
     Sebagai implikasi . kesimpulan yang dikemukakan, direkomendasikan beberapa, hal sebagai berikut:
1.      Para pendidik/guru dan para orang tua/wali siswa sebaiknya perlu menumbuhkan dan membangkitkan motivasi berprestasi yang tinggi dalam diri siswa. Hal ini dapat diupayakan dengan cara menumbuhkan dan membangkitkan dalam diri setiap siswa antara lain: (1) bercita-cita tinggi yang realistis untuk dicapai, (2) bekerja keras pantang menyerah, (3) berkompetisis secara. sehat untuk mencapai prestasi yang setinggi mungkin,(4) tekun berusaha dalam meningkatkan status sosial, (5) menghargai kreativitas dan produktivitas.
2.      Para pendidik/guru dan para orang tua/wali siswa agar senantiasa berusaha membelajarkan siswa dengan cara yang baik, yaitu dengan mengatur, membiasakan dan mengkondisikan agar siswa dapat mencapai prestasi.
3.      Para peneliti di bidang pendidikan dan pengajaran agar melakukan penelitian dalain rangka, upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dengan melibatkan atau memperhatikan banyak variabel, baik variabel yang bersumber dalam diri siswa maupun yang bersumber dari luar diri siswa.

Daftar Pustaka

Ace Suryadi, H.A.R. Tilaar, 1993, Analisis Kebyakan Pendidikan Suatu Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung.
Hendriyat Soetopo, Wasti Soemanto, 1982, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Bina, Aksara, Jakarta.
Iswardono, 1993, Sekelumit Analisa Regresi dan Korelasi, BPFE: Yogyakarta.
Piet Rietveld, Lasmono Tri Sunaryanto, 1994, Regresi Berganda, Andi Offset: Yogyakarta.
Sutrisno, Hadi, 197 1, Statistik II, PT. Gunung Agung, Yogyakarta.
Sudjana, 1992, Metode Statistika, Tarsito: Bandung.
____________1996, Teknik Analisis Regresi dan Korelasi, Tarsito: Bandung,
Sugirto, 1992, Analisis Regresi, Andi Offset: Yogyakarta.
S. Nasution, 1995, Sosiologi Pendidikan, Bumi Aksara: Bandung.
Winkel W.S., 1996, Psikologi Pengajaran, Grasindo PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Wasty Soemanto, 1998, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta.
W.H. Burton, H.C. Witherington, 1986. Teknik-Teknik Belajar dan Mengajar, Jammars, Bandung







Tidak ada komentar:

Posting Komentar