PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN CARA BELAJAR TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SEMARANG
Sri Hardjo dan Badjuri
(UPBJJ
UT Semarang)
Pendahuluan
Proses belajar
mengajar di sekolah bersifat sangat kompleks, karena di dalamnya terdapat
aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis. Aspek pedagogis merujuk pada
kenyataan bahwa belajar mengajar di sekolah terutama di sekolah dasar
berlangsung dalam lingkungan pendidikan dimana guru harus mendampingi siswa
dalam perkembangannya menuju kedewasaan, melalui proses belajar mengajar di
dalam kelas. Aspek psikologis merujuk pada kenyataan bahwa siswa yang belajar
di sekolah memiliki kondisi fisik dan psikologis yang berbeda-beda. Selain
itu, aspek psikologis merujuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri
sangat bervariasi, misainya: ada belajar materi yang mengandung aspek
hafalan, ada belajar keterampilan motorik, ada belajar konsep, ada belajar
sikap dan seterusnya. Adanya kemajemukan ini menyebabkan cara siswa belajar
harus berbeda-beda pula, sesuai dengan jenis belajar yang sedang berlangsung.
Aspek didaktis merujuk pada. pengaturan belajar siswa oleh tenaga. pengajar.
Dalam hal inipun, ada. berbagai prosedur didaktis. Berbagai cara
mengelompokkan, dan beraneka macam media pengajaran. Guru harus menentukan
metode yang paling efektif untuk proses belajar mengajar tertentu sesuai
dengan tujuan instruksional. yang harus dicapai. Demikian pula dengan kondisi
eksternal belajar yang harus diciptakan oleh pengajar, sangat bervariasi.
Dilihat dari sisi ini, terlihat betapa pentingnya
kedudukan guru dalam proses belajar mengajar. Prestasi anak didik dipengaruhi
oleh banyak faktor, namun yang paling menentukan adalah faktor guru (Acc
Suryadi, Hartilaar, 1993, hal.1 11).
Dalam hal ini
guru sangat berperan dalam menentukan cara yang dianggap efektif untuk
membelajarkan siswa, baik di sekolah maupun di luar jam sekolah, misalnya
dengan memberikan pekerjaan rumah. Ketidakpedulian guru terhadap pembelajaran
siswa akan membawa kernerosotan bagi perkembangan siswa. Guru yang sering
memberikan latihan-latihan dalam rangka pemahaman materi akan menghasilkan
siswa yang lebih baik bila dibandingkan dengan guru yang hanya sekedar
menjelaskan dan tidak memberi tindak lanjut secara kontinu. Dengan kata lain,
prestasi belajar siswa sangat ditentukan oleh cara mengajar guru yang akan
menciptakan kebiasaan belajar pada. siswa. Cara atau kebiasaan
belajar banyak diartikan sebagai bentuk belajar atau tipe belajar. Esensi
istilah tersebut adalah suatu perbuatan belajar, yaitu tingkah laku
individu-individu pada proses belajar. Kebiasaan merupakan suatu cara
bertindak yang telah dikuasai yang bersifat tahan uji (persistent)
(Witherington, 1986, hal. 13). Kebiasaan biasanya tejadi tanpa disertai
kesadaran pada pihak yang memiliki kebiasaan itu. Jenis bentuk belajar
menurut Van Parreren (dalam Winkel, 1996) meliputi: (1) Otomatisme, yaitu
terutama meliputi belajar keterampilan motorik, tetapi kadang dapat juga
belajar kognitif, (2) Insidental, yaitu siswa belajar sesuatu tanpa mempunyai
intensi atau maksud untuk mempelajari hal tertentu, khususnya yang bersifat
pengetahuan mengenai fakta atau data, (3) Menghafal, yaitu orang menanarnkan
suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat direproduksi kembali,
(4) Belajar pengetahuan, adalah orang mulai mengetahui berbagai macam data
mengenai kejadian, keadaan, benda-benda dan orang, (5) Belajar arti
kata-kata, adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata
yang digunakan, (6) Belajar konsep, yaitu orang mengadakan abstraksi yaitu
dalam obyek-obyek yang meliputi benda, kejadian dan orang, (7) Belajar
memecahkan problem melalui pengamatan, yaitu orang dihadapkan pada problem
yang harus dipecahkan dengan mengamati baik-baik dan (8) Belajar berpikir,
yaitu orang juga dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan, tanpa
melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan, namun dipecahkan
melalui operasi mental.
Selain itu,
faktor yang sangat menentukan prestasi belajar siswa adalah motivasi siswa
itu sendiri untuk berprestasi. Sering dijumpai siswa yang memiliki
intelegensi yang tinggi tetapi prestasi belajar yang dicapainya rendah,
akibat kemampuan intelektual yang dimilikinya tidak/kurang berfungsi secara
optimal. Salah satu faktor pendukung agar kemampuan intelektual yang dimiliki
siswa dapat berfungsi secara optimal adalah adanya motivasi untuk berprestasi
yang tinggi dalam dirinya. Motivasi merupakan perubahan tenaga di dalam diri
seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk
mencapai tujuan (Donald dalam Wasty Sumanto, 1998 hal. 203). Motivasi
merupakan bagian dari belajar.
Dari
pengertian motivasi tersebut tampak tiga hal, yaitu: (1) motivasi dimulai
dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang, (2) motivasi itu ditandai
oleh dorongan afektif yang kadang tampak dan kadang sulit diamati, (3)
motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Siswa akan
berusaha sekuat tenaga apabila dia memiliki motivasi yang besar untuk
mencapai tujuan belajar. Siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh tanpa
dipaksa, bila memiliki motivasi yang besar; yang dengan demikian diharapkan
akan mencapai prestasi yang tinggi. Adanya motivasi berprestasi yang tinggi
dalam diri siswa merupakan syarat agar siswa terdorong oleh kemauannya
sendiri untuk mengatasi berbagai kesulitan belajar yang dihadapinya, dan
lebih lanjut siswa akan sanggup untuk belajar sendiri.
Dengan dasar
pemikiran tersebut, penelitian ini dilakukan dengan memusatkan perhatian pada
masalah apakah motivasi berprestasi dan cara belajar siswa berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Secara spesifik pertanyaan yang ingin
dijawab oleh penelitian ini adalah: (1) Apakah motivasi berprestasi
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa SD? (2) Apakah cara belajar
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa SD? Serta (3) Apakah motivasi
berprestasi dan cara belajar secara bersama-sama berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa SD? Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
sumbangan pemikiran bagi para guru, khususnya guru SD akan pentingnya (1)
menimbulkan motivasi pada anak, dan (2) memperhatikan cara/kebiasaan belajar
siswa untuk mempertinggi prestasi belajar mereka.
Metode Penelitian
Penelitian ini
termasuk jenis penelitian ex-post facto korelatif Variabel yang diperhatikan
atau diselidiki terdiri dari (1) Prestasi belajar siswa sebagai variabel tak
bebas, (2) Motivasi berprestasi dan cara/kebiasaan belajar sebagai variabel
bebas. Untuk mengukur variabel bebas digunakan angket, dan untuk mengukur
variabel terikat diambil dokumen nilai prestasi siswa yang ada.
Populasi penelitian ini adalah siswa sekolah dasar se
Kabupaten Semarang pada tahun ajaran 1998/1999. Secara acak terpilih
Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Getasan, Kecamatan Bringin, Kecamatan Suruh
serta Kecamatan Susukan sebagai sampel. Masing-masing kecamatan mewakili
daerah-daerah pegunungan, kota,
desa serta daerah semi perkotaan dan dari masing-masing kecamatan diambil dua
SD untuk mewakili daerah pinggiran dan pusat kecamatan. Analisa meliputi
analisa instrumen dan analisa data hasil penelitian, (1) Untuk analisa
instrumen digunakan korelasi product moment untuk menguji validitas angket
(Sutrisno Hadi, 1971, hal. 222), KR 20 untuk menguji reliabilitas angket,
sedang untuk menguji normalitas data digunakan statistik Chi Kuadrat
(Sudjana, 1992, hal. 273), (2) Data hasil penelitian dianalisa dengan memakai
statistik deskriptif dan statistika inferensial. Statistik inferensial yang
digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi linier sederhana
dan analisis regresi ganda (Sudjana; 1996).
Temuan dan Pembahasan
a. Hasil Analisis Deskriptif
1.
Tingkat prestasi
belajar siswa sekolah dasar di Kabupaten Semarang termasuk kategori baik
yaitu sekitar 64,2 persen dengan skor 63 - 73, sedangkan skor terendah.
adalah 41 dan tertinggi adalah 83, dan rata-rata, prestasi siswa adalah 66,4
dari 500 siswa sebagai sampel.
2.
Tingkat motivasi
berprestasi siswa sekolah dasar di Kabupaten Semarang termasuk kategori
cukup, yaitu sekitar 54 persen sampel, dengan skor 32 - 40, sedangkan skor
terendah 23 dan skor tertinggi 57, dan rata-rata skor motivasi berprestasi
adalah 38,4.
3.
Tingkat
cara/kebiasaan belajar siswa sekolah dasar di Kabupaten Semarang termasuk
kategori baik, yaitu sekitar 47,6 persen dengan skor 137 - 167, sedangkan
skor terendah. adalah 87 dan tertinggi 188, dan rata-rata skor cara belajar
siswa adalah 142.
b. Hasil Pengujian Hipotesis
1.
Terdapat korelasi
yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa SD
di Kabupaten Semarang, dengan F hitung sebesar 14,786 dan F tabel sebesar
3,86 untuk DF pembilang = 1, dan DF penyebut 498 pada taraf signifikansi
0,05.
2.
Terdapat korelasi
yang signifikan antara cara belajar dengan prestasi belajar siswa. SD di
Kabupaten Semarang,
dengan F hitung sebesar 15,173, dan F tabel sebesar 3,96 untuk DF pembilang I
dan DF penyebut 498.
3.
Terdapat korelasi
yang signifikan antara motivasi berprestasi dan cara/kebiasaan belajar dengan
prestasi belajar siswa SD di Kabupaten Semarang, Dengan F hitung sebesar
9,603 dan F tabel sebesar 3,01, untuk DF pembilang 2 dan DF penyebut 497 pada
taraf signifikansi 0,05.
Pembahasan
Hasil
Penelitian ini menggungkapkan adanya pengaruh antara motivasi berprestasi
dengan prestasi belajar siswa SD di Kabupaten Semarang, dengan koefisien determinasi
0,029. Berarti sekitar 2,90 persen variasi total prestasi belajar dapat
dijelaskan oleh motivasi berprestasi (tanpa memperhitungkan variabel lain).
Selanjutnya hasil penelitian ini mengungkapkan adanya
pengaruh yang positif antara, cara belajar dengan prestasi belajar siswa SD
di Kabupaten Semarang,
dengan koefisien determinasi 0,030. Berarti sekitar 3 persen variasi total
prestasi belajar dapat dijelaskan oleh cara belajar (tanPa memperhitungkan
variabel yang lain).
Lebih lanjut hasil penelitian ini mengungkap adanya
pengaruh antara motivasi berprestasi dan cara/kebiasaan belajar dengan
prestasi belajar siswa SD di Kabupaten Semarang,
dengan koefisien determinasi 0,037. Berarti sekitar 3,7 persen variasi total
prestasi belajar dapat dijelaskan oleh variabel motivasi berprestasi dan cara
belajar secara bersama-sama (tanpa memperhitungkan variabel yang lain).
Kesimpulan dan Rekomendasi
Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1.
Motivasi berprestasi
dan cara/kebiasaan belajar berkorelasi positif dengan prestasi belajar, baik
secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.
2.
Sekitar 3,70 persen
variasi total prestasi belajar siswa dapat dijelaskan oleh variabel motivasi
berprestasi dan cara/kebiasaan belajar (tanpa memperhitungkan variabel yang
lain).
3.
Semakin tinggi
motivasi berprestasi dan semakin baik cara/kebiasaan belajar, semakin tinggi
juga prestasi belajar siswa.
Sebagai
implikasi . kesimpulan yang dikemukakan, direkomendasikan beberapa, hal
sebagai berikut:
1.
Para pendidik/guru dan para orang tua/wali siswa sebaiknya
perlu menumbuhkan dan membangkitkan motivasi berprestasi yang tinggi dalam
diri siswa. Hal ini dapat diupayakan dengan cara menumbuhkan dan
membangkitkan dalam diri setiap siswa antara lain: (1) bercita-cita tinggi
yang realistis untuk dicapai, (2) bekerja keras pantang menyerah, (3)
berkompetisis secara. sehat untuk mencapai prestasi yang setinggi mungkin,(4)
tekun berusaha dalam meningkatkan status sosial, (5) menghargai kreativitas
dan produktivitas.
2.
Para pendidik/guru dan para orang tua/wali siswa agar
senantiasa berusaha membelajarkan siswa dengan cara yang baik, yaitu dengan
mengatur, membiasakan dan mengkondisikan agar siswa dapat mencapai prestasi.
3.
Para peneliti di bidang pendidikan dan pengajaran agar
melakukan penelitian dalain rangka, upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
dengan melibatkan atau memperhatikan banyak variabel, baik variabel yang
bersumber dalam diri siswa maupun yang bersumber dari luar diri siswa.
Daftar Pustaka
Ace Suryadi, H.A.R. Tilaar, 1993, Analisis
Kebyakan Pendidikan Suatu Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung.
Hendriyat Soetopo, Wasti Soemanto, 1982, Kepemimpinan
dan Supervisi Pendidikan, Bina, Aksara, Jakarta.
Iswardono, 1993, Sekelumit Analisa Regresi
dan Korelasi, BPFE: Yogyakarta.
Piet Rietveld, Lasmono Tri Sunaryanto, 1994, Regresi
Berganda, Andi Offset: Yogyakarta.
Sutrisno, Hadi, 197 1, Statistik II, PT. Gunung
Agung, Yogyakarta.
Sudjana, 1992, Metode Statistika, Tarsito:
Bandung.
____________1996, Teknik Analisis Regresi
dan Korelasi, Tarsito: Bandung,
Sugirto, 1992, Analisis Regresi, Andi
Offset: Yogyakarta.
S. Nasution, 1995, Sosiologi Pendidikan, Bumi
Aksara: Bandung.
Winkel W.S., 1996, Psikologi Pengajaran, Grasindo
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta.
Wasty Soemanto, 1998, Psikologi
Pendidikan, Rineka Cipta.
W.H. Burton, H.C. Witherington, 1986.
Teknik-Teknik Belajar dan Mengajar, Jammars, Bandung.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar