PENINGKATAN PENGUASAAN ILMU SOSIAL MELALUI
IMPLEMENTASI SKENARIO PEMBELAJARAN BERDASARKAN
KBK DI KELAS 6 SDK ALETHEIA MATARAM
Nyoman Suarta*)
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) memperoleh model implementasi skenario
pembelajaran Ilmu Sosial (IS) sesuai dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), (2) memperoleh model evaluasi yang komprehensif dengan
memperhatikan aspek pengetahuan, sikap, dan psikomotor berdasarkan kompetensi
dasar IS. Dalam penelitian ini dilakukan lima tindakan dalam bentuk
siklus selama tujuh bulan efektif. Setiap siklus memiliki empat tahapan
yaitu: tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi,
dan tahap refleksi dan evaluasi. Hasil akhir pada refleksi dan evaluasi
siklus pertama digunakan sebagai dasar untuk melakukan perencanaan pada siklus
kedua dan seterusnya sampai dengan siklus kelima. Hasilnya menunjukkan bahwa
implementasi skenario pembelajaran IS sesuai dengan KBK yang ditandai dengan
adanya penyusunan dan penerapan skerario pembelajaran yang telah memenuhi unsur
keterlibatan aktif siswa, aktivitas belajar yang variatif, dan pelibatan sumber
belajar. Terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam penguasaan kompetensi dasar
IS, yang diukur dengan menggunakan evaluasi pembelajaran yang meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor secara komprehensif/integratif berdasarkan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Kata
Kunci: Skenario pembelajaran kompetensi dasar Ilmu Sosial, kurikulum
berbasis kompetensi, strategi implementasi.
1. Pendahuluan
Kegiatan belajar mengajar dikatakan
telah terlaksana secara profesional apabila hasil proses kegiatan sesuai dengan
perencanaan. Perencanaan atau skenario pembelajaran yang disusun sesuai dengan
tuntutan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Wellton dan Mallan (1996), Messick
(1997) menjelaskan bahwa indikator keprofesionalan guru dalam penyelenggaraan
proses belajar mengajar terlihat pada keoptimalan guru dalam merencanakan
dengan menyusun skenario pembelajaran dan melaksanakannya sesuai dengan
konteks.
Permasalahan yang
sering terjadi adalah belum adanya kesamaan pemahaman pihak terkait
(mahasiswa/calon guru dan guru) terhadap skenario pembelajaran. Padahal
skenario pembelajaran sangat menentukan hasil belajar siswa. Seperti ditegaskan
oleh Welton dan Mallan (1996) bahwa pemahaman guru terhadap implementasi
skenario pembelajaran menjadi sangat mendesak mengingat dampaknya pada
kompetensi siswa sesuai konsep dasar materi pelajaran. Beberapa kesalahan yang
ada, di antaranya perencanaan pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan selama
ini, lebih mengacu
*) Drs.
Nyoman Suarta, M.Si. adalah dosen FKIP Universitas Mataram
1
pada buku paket sehingga materi yang dirancang untuk
disampaikan kepada anak didik adalah materi yang ada di paket atau buku
pegangan guru yang bersifat teoritik dan sangat kering. Pengembangan
perencanaan (skenario pembelajaran) yang demikian tentu tidak sesuai dengan
konteks, lingkungan keseharian anak dan tahap perkembangan anak. Meskipun para
guru mengetahui pentingnya skenario pembelajaran untuk mengembangkan potensi
anak dan lingkungan sebagai dasar bagi proses dan evaluasi belajar mengajar;
akan tetapi sebagian di antaranya belum mampu melakukannya.
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh
Sulaimi (1999) menunjukkan adanya kenyataan tersebut. Guru PPKN mengakui adanya
keterbatasan pengetahuannya dalam menyusun skenario pembelajaran yang pada
pelaksanaannya akan dapat mengembangkan potensi anak. Pada bagian lain, hasil
penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Herianto (2000) menunjukkan bahwa
mahasiswa semester 6 (telah menempuh matakuliah PBM) belum sepenuhnya memahami
dan menguasai cara implementasi (penyusunan dan penerapan) skenario
pembelajaran yang mampu mengembangkan potensi anak yang sesuai dengan kondisi
diri dan lingkungannya.
Sejalan dengan akan diberlakukannya KBK, tuntutan
terhadap profesionalisme guru dalam menyelenggarakan pembelajaran adalah
mutlak. Data hasil observasi (wawancara singkat) dengan para guru peserta
program penyetaraan D3 dan S1 Ilmu Sosial (IS) menunjukkan adanya keterbatasan
mereka dalam memahami dimensi KBK dalam implementasi pembelajaran.
Pada bagian lain, hasil studi di atas menunjukkan
adanya keinginan yang mendesak bagi para guru IS untuk memahami secara benar
cara dan strategi menyusun dan menerapkan skenario pembelajaran sesuai dengan
tuntutan KBK. Harapan guru adalah: (1) Perlu adanya pelatihan khusus tentang
strategi implementasi (penyusunan dan penerapan) skenario pembelajaran sesuai
dengan tuntutan KBK ; (2) Perlu adanya kesamaan pemahaman tentang implementasi
(penyusunan dan penerapan) skenario pembelajaran yang sesuai dengan KBK; dan
(3) Tuntutan profesionalime dalam unjuk kerja guru sangat mendesak untuk
diwujudkan.
Dimensi Ilmu Sosial di SD (Sekolah Dasar) berdasarkan
KBK memiliki beberapa ciri khas, yang mengharuskan pembelajaran dengan pola
kreatif dan komprehensif. Kreatif, mengharuskan guru untuk menyusun rancangan
pembelajaran dengan variasi aktivitas siswa berdasarkan pelibatan sumber
belajar secara menyeluruh. Komprehensif, menghendaki guru secara
sungguh-sungguh mengevaluasi kemampuan siswa dengan memperhatikan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor. Keduanya dimaksudkan agar siswa mampu
menguasai kompetensi dasar IS (Depdiknas, 2001).
Hal
ini mengharuskan guru untuk melakukan reorientasi dalam implementasi
(penyusunan dan penerapan) skenario pembelajaran. Guru IS harus memiliki
pemahaman yang tepat secara teori maupun praktis tentang implementasi
(penyusunan dan penerapan) skenario pembelajaran yang sesuai dengan KBK IS.
Secara teoritis, mereka harus menguasai konsep dasar dan strategi implementasi
(penyusunan) skenario pembelajaran sesuai dengan KBK IS. Secara praktis, guru
IS harus terampil dan cakap dalam implementasi (penerapan) skenario
pembelajaran sesuai dengan KBK di depan kelas berdasarkan skenario pembelajaran
yang telah disusun sebelumnya. Jika kedua hal itu dilaksanakan secara optimal
maka akan berdampak pada peningkatan penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar
mata pelajaran IS.
2
Di SDK Aletheia Mataram, guru IS memiliki permasalahan
yang cukup serius terkait dengan implementasi KBK. Berdasarkan diskusi dengan
para guru IS ditemukan permasalahan yang dimaksud, di antaranya: (1) guru IS
belum memahami dengan benar implementasi KBK dalam pembelajaran; (2) guru IS
belum dapat menyusun skenario pembelajaran sesuai KBK; (3) guru IS belum
memiliki gambaran yang jelas tentang model penerapan skenario pembelajaran
sesuai KBK. Di sisi lain dari temuan ini diketahui adanya kesadaran guru IS
tentang pentingnya KBK. Guru IS sangat mengharapkan bimbingan intensif tentang
implementasi KBK dalam pembelajaran. Mereka mengharapkan bantuan LPTK guna
memahami dan mengimplementasikan KBK
di
kelas.
Atas
dasar kenyataan dan harapan itulah, guru IS SDK Aletheia Mataram bersama-sama
peneliti FKIP Universitas Mataram merumuskan permasalahan yang akan dikaji
melalui tindakan kelas, yaitu “apakah implementasi skenario pembelajaran
berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) secara optimal dapat
meningkatkan penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar IS?” Permasalahan ini
pada prinsipnya terdiri dari dua hal pokok (batasan masalah), meliputi
implementasi skenario pembelajaran IS sesuai KBK, implementasi yang di maksud
yaitu penyusunan dan penerapan skenario pembelajaran IS dan peningkatan penguasaan
siswa terhadap kompetensi dasar IS yang meliputi penguasaan pengetahuan, sikap,
dan psikomotor berdasarkan kompetensi dasar IS.
2.
Kajian Teori
Guru
yang profesional adalah guru yang memiliki kemandirian dalam menunaikan
tanggung jawabnya. Herianto (2002) menegaskan pentingnya kemandirian guru dalam
peningkatan kualitas pendidikan. Penentu kebijakan di Departemen Pendidikan
Nasional hendaknya membuat konsep yang jelas tentang pola peningkatan mutu
guru. Dalam hal ini, guru harus dipandang sebagai profesi mandiri bukan sebagai
bagian dari birokrasi. Peningkatan kualitas profesi sekurang-kurangnya meliputi
empat hal. Pertama, kapasitas dan kemampuan; guru harus dapat memperbaharui dan
menambah pengetahuannya sesuai dengan perkembangan zaman. Kedua, kemampuan
berinovasi, mentransformasi pengetahuan, memberikan makna pada materi pelajaran
bagi siswa secara riil sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat. Ketiga,
menggunakan waktu secara total untuk mengabdikan diri pada profesinya. Keempat,
bertanggungjawab kepada diri sendiri seiring dengan upaya berprestasi sehingga
memberikan kebermaknaan pada diri dan lingkungan masyarakat sekitar.
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling
penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering
dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh sebab
itu, guru seyogyanya memiliki kemampuan dan perilaku yang memadai untuk
mengembangkan siswanya secara utuh dan profesional. Untuk melaksanakan tugasnya
secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai
berbagai hal sebagai kompetensi yang dimilikinya. Wijaya dan Tabrani (1991)
menegaskan bahwa dalam proses belajar mengajar guru harus memiliki kemampuan
keguruan guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan
pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya.
3
Guru perlu membina diri secara baik karena fungsi guru
adalah membina dan mengembangkan kemampuan siswa secara profesional di dalam
proses belajar mengajar.
Natawidjaya (1989), mengemukakan guru dalam
melaksanakan tugas profesionalnya perlu memahami dan menghayati wujud siswa
sebagai menusia yang akan dibimbingnya. Di sisi lain, guru harus pula memahami
dan menghayati wujud anak lulusan sekolah sebagai gambaran hasil didikannya
yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan filsafat hidup dan nilai-nilai
yang dianut oleh bangsa Indonesia. Upaya mencapai tujuan tersebut, menurut
Sudjana (1998) kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran
masih memegang peranan penting. Mengingat peranan penting tersebut hal yang
perlu diperhatikan oleh guru adalah kemampuan dalam melaksanakan proses belajar
mengajar, keberadaan dan kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran dan
pengelolaan fasilitas pendukung proses belajar mengajar.
Pola kegiatan yang strategis untuk membentuk
profesionalisme unjuk kerja guru dapat dilakukan melalui kegiatan proses
belajar mengajar. Guru dituntut untuk memiliki bukan hanya wawasan yang luas
dan penguasaan materi, mental yang tangguh dan hubungan interpersoal dengan
pihak terkait, melainkan juga kemampuannya dalam menyelenggarakan pembelajaran.
Untuk itu, para guru perlu dibekali secara teoritis memahami dengan tepat
hakikat proses belajar mengajar dan konsep dasar yang melandasi pelaksanaan
belajar mengajar. Secara praktis melalui serangkaian kegiatan proses belajar
mengajar, guru dituntut mampu mengaplikasikan hakekat teoritis dalam unjuk
kerja praktis sehari-hari.
Jika tuntutan profesionalisme unjuk kerja guru dapat
diwujudkan, maka pelaksanaan proses belajar mengajar dapat berkualitas.
Profesionalisme unjuk kerja yang dimaksud tergambar dalam keterampilan dalam
menyusun dan melaksanakan skenario pembelajaran sesuai dengan KBK (Depdiknas,
2001). Hal ini sesuai dengan penegasan Jarrolimek (1996) bahwa para guru yang
profesional harus senantiasa mendasarkan diri (unjuk kerjanya) pada perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran.
Usman (2000) menegaskan bahwa kemandirian guru
terletak pada kemampuannya dalam mewujudkan kompetensi pribadi dan kompetensi
profesinya. Pada bagian kompetensi pribadi, guru dituntut untuk memiliki
kemampuan optimal dalam berperilaku dan bertindak sehingga apa pun yang
dilakukan olehnya dapat dijadikan contoh bagi siswa dan masyarakat sekitarnya.
Kompetensi profesional terletak pada kemampuan optimal guru dalam mewujudkan
tanggungjawabnya untuk mengelola kegiatan pembelajaran secara profesional.
Profesionalisme guru dalam menyelenggarakan pembelajaran akan memberikan makna
yang optimal bagi siswa dalam mewujudkan kemampuan dirinya sesuai mata
pelajaran pada jenjang dan satuan pendidikan tertentu. Profesionalisme guru
terlihat pada saat guru mengimplementasikan skenario pembelajaran. Guru harus
mampu menyusun skenario pembelajaran yang memuat unsur Pelibatan siswa secara aktif,
kegiatan pembelajaran bervariasi, pelibatan sumber belajar secara menyeluruh,
dan evalusi pembelajaran (aspek kognitif, afektif, dan psikomotor).
Pembelajaran aktif, merupakan sesuatu yang seharusnya
nampak di kelas. Proses pembelajaran yang benar semestinya berorientasi pada
siswa (student oriented). Supriyadi (1998/1999) menegaskan bahwa kegiatan
pembelajaran merupakan proses bantuan guru terhadap siswa dalam memahami suatu
konsep dasar dengan bertumpu pada pikiran siswa. Sebaliknya, kegiatan pembelajaran
bukanlah “hanya” transformasi ilmu
4
dari guru kepada siswa dengan paksaan latihan tugas
bagi siswa. Hal ini sejalan dengan pandangan konstruktivisme dalam belajar.
Corebima (2002) menegaskan belajar sesungguhnya bukanlah sekedar proses
menghafal semata melainkan juga merupakan proses agar siswa benar-benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan yang diperolehnya. Jadi, siswa perlu
dibiasakan dengan memecahkan masalah, menemukan masalah yang berguna bagi
dirinya dan bergelut dengan ide-ide.
Dengan demikian, fungsi guru dalam pembelajaran adalah
membiasakan diri siswa untuk terlibat aktif menemukan dan menerapkan informasi
kompleks, mengecek informasi baru, membandingkan dengan aturan lama, dan
memperbaiki aturan itu jika telah tidak sesuai. Guru berperan aktif untuk
membantu siswa guna menemukan fakta, konsep, atau prinsip dari diri mereka,
bukan sekedar ceramah dan mengendalikan seluruh aktivitas kelas.
Pembelajaran kreatif, pada prinsipnya terkait dengan
dua permasalahan pokok. Pertama, guru kreatif merancang seluruh kegiatan
pembelajaran. Kedua, siswa dimungkinkan keterlibatannya secara kreatif dalam
menemukan dan memecahkan permasalahan belajar. Kreativitas dalam belajar bukan
hanya bertumpu pada diri siswa melainkan juga pada diri guru. Siswa dan guru
merupakan dua pihak yang berkepentingan terhadap kreativitas dalam
belajar-mengajar.
Nur (2000) mengemukakan adanya unsur kreativitas
pembelajaran dengan memberikan salah satu contoh aktivitas siswa dalam
memecahkan permasalahan secara kreatif. Siswa diberikan batasan waktu yang
memadai dan strategi yang tepat untuk pemecahan masalah. Guru seharusnya
mengajarkan strategi yang dimaksud dengan memperhatikan unsur pemikiran ide
yang tidak umum, pencetusan banyak ide, perencanaan, pemetaan kemungkinan,
pemaduan fakta, dan perumusan masalah secara jelas.
Pembelajaran memanfaatkan sumber belajar secara
menyeluruh, diartikan sebagai upaya guru dalam mengelola pembelajaran sesuai
dengan sumber belajar yang bervariasi dan lengkap dan disesuaikan dengan situasi
dan kondisi lingkungan setempat. Suparno (1998/1999) menegaskan bahwa guru
sekolah dasar sangat berkepentingan dalam menggunakan sumber belajar yang
menyeluruh. Penggunaan sumber belajar ini diyakini mampu memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap pola pengembangan aktivitas dan kreativitas anak. Hal
ini sejalan dengan konsep dasar IS di SD (Depdiknas, 2001) bahwa pembelajar IS
senantiasa harus dirancang dengan menggunakan sumber belajar yang variatif dan
relevan. Dampak yang diinginkan berupa peningkatan kemampuan siswa dalam
memahami diri dan lingkungannya.
Evaluasi pembelajaran yang komprehensif, mengandung
maksud keharusan bagi guru untuk melakukan evaluasi dengan memperhatikan
seluruh aspek. Djamarah dan Zain (1996) mengingatkan guru agar jangan terlena
pada aspek kognitif ketika melakukan evaluasi pembelajaran. Jika guru hanya
memperhatikan satu aspek, maka hasil evaluasi tidak dapat digunakan sebagai
indikator untuk menggambarkan potensi sesungguhnya pada diri siswa. Hal ini
dipertegas oleh Welton dan Mallan (1996) bahwa kegagalan guru dalam
mendeskripsikan potensi diri siswa disebabkan oleh evaluasi hanya pada aspek
kognitif. Padahal, siswa masih memiliki aspek afektif dan psikomotor yang
kurang diperhatikan oleh guru melalui portofolio dan values clarification
technique (VCT). Dari beberapa pendapat ini dapat disadari bahwa guru SD
khususnya pada mata pelajaran IS memiliki keharusan menyelenggarakan evaluasi
pembelajaran secara
5
komprehensif dengan memperhatikan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor, melalui tes dan nontes (portofolio dan values
clasification technique).
Berdasarkan seluruh uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa untuk mewujudkan isi pesan KBK, guru dituntut untuk memiliki kemampuan
profesional di bidang keguruan. Bagian penting perwujudan kemampuan profesional
terlihat pada saat guru mengimplementasikan skenario pembelajaran. Muatan pokok
pada skenario pembelajaran harus memberikan kemungkinan bagi siswa untuk aktif
dalam setiap aktivitas pembelajaran. Guru harus mendesain pembelajaran secara
variatif sehingga semua potensi siswa dapat dikembangkan secara optimal. Untuk
kebutuhan ini, guru harus mampu melibatkan sumber belajar secara menyeluruh.
Agar seluruh potensi siswa dapat digambarkan secara komprehensif, maka guru harus
melakukan evaluasi secara komprehensif pula dengan memperhatikan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor.Jika semua unsur yang dipersyaratkan
dipenuhi, maka akan diperoleh peningkatan penguasaan siswa terhadap kompetensi
dasar suatu mata pelajaran (IS).
Gambaran singkat tentang alur keterkaitan erat antara
implementasi skenario pembelajaran sesuai KBK dengan penguasaan siswa terhadap
kompetensi dasar mata pelajaran (IS), terlihat pada Diagram 1.
6
Guru
|
Siswa yang Unik
|
* Perkembangan IPTEK
* Tuntutan lingkungan
* Perkembangan situasi dan
kondisi
|
|
PENINGKATAN
KEMAMPUAN MENYUSUN SKENARIO & APLIKASINYA
|
|||
Guru yang Profesinal
|
• Pelibatan siswa secara aktif.
• Kegiatan pembelajaran bervariasi.
• Pelibatan sumber belajar secara menyeluruh
• Evaluasi pembelajaran (aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor).
|
||
PBM BERKUALITAS
|
|||
Perencanaan Pembelajaran
|
Proses Pembelajaran
|
Evaluasi Pembelajaran
|
|
PENGUASAAN SISWA TERHADAP KOMPETENSI DASAR/
PRESTASI BELAJAR
SISWA
|
PENDIDIKAN
BERKUALITAS
|
||
Kognitif
Afektif
Psikomotor
Diagram 1: Implementasi Skenario Pembelajaran Berdasarkan KBK
Secara Optimal untuk Meningkatkan Penguasaan Siswa terhadap Kompetensi Dasar IS
7
3.
Metodologi
Penelitian
tindakan kelas ini bersifat kolaboratif (kemitraan) (Soedarsono, 1996; Sumarno,
1996; Suyanto, 1996; dan Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999). Sifat ini terlihat
pada kerjasama antara dosen FKIP Universitas Mataram dan Guru IPS SDK Aletheia
Mataram, yang berbasis (setting) kelas.
Dipilihnya SDK Aletheia Mataram sebagai tempat kajian
tindakan ini dengan pertimbangan: sekolah telah mempersiapkan diri untuk
implementasi KBK; guru IS telah memperoleh sosialisasi KBK; dan siswa memiliki
kompetensi yang memungkinkan untuk implementasi KBK. Penentuan kelas 6 sebagai
setting kelas pada penelitian tinakan ini dengan pertimbangan: siswa memiliki
kompetensi untuk mengembangkan diri sesuai dengan aspek KBK; siswa memiliki
motivasi belajar yang memadai guna implementasi KBK; siswa memiliki potensi
kognitif, afektif, dan psikomotor yang memadai sehingga implementasi KBK dapat
diwujudkan.
Menurut permasalahan dan hipotesis tindakan di atas,
pada prinsipnya kajian tindakan ini terkait dengan faktor guru dan siswa.
Faktor guru yang diteliti berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikan
skenario pembelajaran IS sesuai KBK. Implementasi yang dimaksud meliputi
kemampuan menyusun rancangan skenario pembelajaran dan melaksanakan skenario
tersebut. Di samping itu juga terkait dengan kemampuan menyusun alat evaluasi
yang mampu mengukur kemampuan siswa pada aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Faktor siswa terkait dengan tingkat kemampuannya dalam menguasai
(pengetahuan) kompetensi dasar IS, memahami (afektif) isi pesan kompetensi
dasar IS, dan membuktikan (psikomotor) berdasarkan pemahamannya pada isi pesan
kompetensi dasar IS.
Dengan mencermati seluruh uraian di atas, dapat
ditetapkan bahwa sumber data penelitian ini berasal dari guru dan siswa. Dari
guru diperoleh data: mengimplementasikan skenario pembelajaran IS sesuai KBK,
meliputi susunan rancangan skenario pembelajaran dan pelaksanaan skenario
pembelajaran. Berdasarkan sumber dari siswa diperoleh data kemampuan siswa pada
penguasaan (pengetahuan) kompetensi dasar IS, pemahaman (afektif) isi pesan
kompetensi dasar IS, dan tindakan (psikomotor) berdasarkan pemahamannya pada
isi pesan kompetensi dasar IS.
Data dari guru diperoleh dengan lembar dokumentasi
(untuk memperoleh susunan rancangan skenario pembelajaran) dan lembar observasi
(untuk pelaksanaan skenario pembelajaran). Lembar tes digunakan untuk
memperoleh data siswa pada pada penguasaan (pengetahuan) kompetensi dasar IS,
pemahaman (afektif) isi pesan kompetensi dasar IS, serta lembar observasi untuk
memperoleh data tindakan (psikomotor) siswa berdasarkan pemahamannya pada isi
pesan kompetensi dasar IS.
Data yang telah diperoleh dari keseluruhan tindakan
(siklus) selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Seperti ditegaskan oleh
Miles dan Hubberman dalam Soedarsono (2001), bahwa analisis kualitatif
merupakan model analisis yang sangat dianjurkan pada suatu penelitian tindakan
kelas. Pada penelitian ini, analisis data dilakukan melalui tiga tahapan,
yaitu: (1) reduksi data, tim peneliti akan menyederhanakan data mentah dari
keseluruhan tahapan siklus dengan jalan membuat fokus, klasifikasi, abstraksi
data kasar menjadi data yang bermakna untuk dianalisis; (2) hasil tahapan
pertama disajikan secara deskriptif melalui visualisasi bentuk tabel, grafik,
dan diagram sehingga memudahkan pembacaan data; dan (3) penyimpulan atas sajian
data hasil analisis.
8
Hasil
merupakan dampak yang diperoleh dari keseluruhan siklus sehingga dapat
diketahui tingkat keoptimalan tindakan tentang implementasi skenario
pembelajaran sesuai KBK dan hasil peningkatan kemampuan siswa dalam penguasaan
kompetensi dasar IS. Keduanya disesuaikan (didasarkan) pada indikator kinerja
yang telah ditentukan.
Indikator keberhasilan tindakan ini, meliputi: (1)
keoptimalan implementasi skenario pembelajaran IS sesuai KBK ditandai dengan
adanya penyusunan dan penerapan skerario pembelajaran yang telah memenuhi unsur
keterlibatan aktif siswa, akivitas belajar yang variatif, dan pelibatan sumber
belajar secara menyeluruh; (2) peningkatan kemampuan siswa dalam penguasaan
kompetensi dasar IS ditandai dengan unsur penggunaan evaluasi pembelajaran yang
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor berdasarkan kompetensi dasar
yang telah ditetapkan.
Untuk memecahkan permasalahan akan dilakukan
serangkaian tindakan dalam lima siklus selama tujuh bulan efektif. Setiap
siklus memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:
(1)
Tahap Perencanaan, kegiatan yang dilaksanakan, meliputi:
Peneliti
mengidentifikasi permasalahan kualitas proses belajar mengajar, penguasaan
siswa terhadap kompetensi dasar/prestasi belajar siswa sebagai acuan dalam
memetakan permasalahan pokok pada penyusunan dan pelaksanaan skenario
pembelajaran, serta hasil evaluasi pembelajaran berdasarkan KBK; Peneliti
merumuskan kriteria yang tepat dalam implementasi skenario pembelajaran sesuai
KBK dan tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar IS; Peneliti
menyusun skenario pembelajaran dalam bentuk satuan pembelajaran yang tepat
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan; Peneliti menyusun alat evaluasi
yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa pada aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor berdasarkan kompetensi dasar IS; Peneliti menyusun instrumen
yang digunakan untuk mengetahui kualitas rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelaksanaan skenario pembelajaran, melalui tes dan nontes (portofolio dan
values clarification technique); Peneliti menetapkan model yang tepat untuk
kegiatan tindakan.
(2) Tahap Tindakan, pada tahap ini, Guru IS
melaksanakan seluruh isi pesan dalam tahap perencanaan pada proses pembelajaran
berdasarkan rencana pembelajaran yang telah tersusun, kemudian diakhiri dengan
kegiatan evaluasi pembelajaran.
(3) Tahap Diagnosis/Observasi, tahap ini pada
hakikatnya dimaksudkan untuk mengetahui:
Apakah
seluruh isi pesan susunan skenario pembelajaran telah memenuhi kriteria yang
ditetapkan; Apakah seluruh isi pesan susunan skenario pembelajaran telah
dilaksanakan oleh guru sesuai dengan kriteria yang ditetapkan; Apakah alat
evaluasi telah memenuhi kriteria yang ditetapkan; Apakah telah diperoleh
pengusaan siswa terhadap kompetensi dasar sesuai dengan kriteria yang ada;
Adakah kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh guru dalam menyusun rancangan
dan tindakan?; Faktor-faktor apakah yang menyebabkan keadaan itu terjadi;
Alternatif-alternatif apakah yang dapat ditempuh untuk memecahkan permasalahan
yang ada; Apakah hasil yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut.
9
(4) Tahap Refleksi dan Evaluasi, peneliti bersama guru
berdiskusi untuk membahas temuannya selama kegiatan observasi. Hasil yang telah
diperoleh dari sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan, kemudian hasil
keduanya dibandingkan. Kegiatan komparasi ini untuk mengetahui kualitas
implementasi skenario pembelajaran sesuai KBK dan tingkat penguasaan siswa
terhadap kompetensi dasar mata pelajaran IS
Hasil akhir pada Refleksi dan Evaluasi Siklus Pertama
digunakan sebagai dasar untuk melakukan perencanaan pada Siklus Kedua dan
seterusnya sampai dengan Siklus Kelima (terakhir). Pada bagian siklus terakhir
(Kelima), peneliti memperoleh model yang tepat tentang: (1) implementasi
skenario pembelajaran berdasarkan KBK dan (2) peningkatan penguasaan siswa
terhadap kompetensi dasar IS, di kelas 6 SDK Aletheia Mataram. Perolehan model
didasarkan pada ketercapaian hasil tindakan terakhir (Siklus Kelima)
berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan.
4. Hasil dan Bahasan
4.1 Hasil
Peneltian ini direncanakan berlangsung 5 siklus, dan
masing masing-masing siklus terdiri dari tiga tahap yaitu tahap perencanaan,
tindakan, diagnosa/observasi dan tahap refleksi dan evaluasi. Hasil seluruh
siklus disajikan sebagai berikut :
4.1.1 Siklus Pertama
Siklus ini dilaksanakan selama bulan Juli 2003. data
yang diperoleh pada siklus ini dikelompokkan menjadi tiga bagian sekaligus
menunjukkan tahapan kegiatan tiap satu siklus, yakni perencanaan, tindakan dan
observasi, serta analisis dan refleksi. Hasilnya terlihat pada Tabel 1.
10
Tabel 1 Perolehan data hasil siklus pertama
No.
|
Tahap Kegiatan
|
Hasil
|
1.
|
Perencanaan
|
• Selama ini, pembelajaran IS yang diterapkan oleh
guru masih lebih berorientasi pada penguasaan materi secara kognitif, anak
lebih banyak belajar untuk menghafal, anak kurang tertarik dengan pelajaran
IS atau pelajaran ini menjenuhkan bagi siswa karena materi sangat kering
(melulu berupa hafalan). Pendekatan dan metode yang digunakan kurang variatif
dan peran guru sangat menonjol sebagai pemberi dan pengarah materi
pembelajaran.
• Selanjutnya dalam tahap perencanaan ini diperoleh
kesepakatan dan hasil diskusi untuk pembenahan proses pembelajaran IS sesuai
dengan rencana penelitian yaitu : tersusunnya rencana pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan
(PAKEM); tersusunnya kriteria pemantauan kinerja guru dalam penerapan
pembelajaran PAKEM; tersusunnya model evaluasi yang dapat mengukur pemahaman
anak yang lebih dalam (afektif dan psikomotorik); dan Guru siap menerapkan
rencana pembelajaran yang telah terisusun.
|
2.
|
Tindakan dan Onservasi
|
• Guru menerapkan skenerio pembelajaran yang telah
ada dengan memanfaatkan media pembelajaran dan strategi pembelajaran PAKEM
berdasarkan kurikulum KBK dalam pokok bahasan Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara. Sementara tim peneliti yang lain mengamati proses pembelajaran yang
berlangsung.
• Siswa cukup antusias dalam pembelajaran karena
materi pelajaran menjadi menarik.
• Siswa aktif dalam proses pembelajaran, sementara
guru lebih banyak berperan sebagai mediator dan fasilitator (siswa memiliki
buku acuan yang relatif lengkap dalam pembelajaran)
• Ada beberapa hal yang belum terlaksana dengan baik
yaitu: ada bagian materi yang telah direncanakan untuk dibahas, namun tidak
terlaksana karena lingkup materi dalam perencanan terlalu luas. Oleh
karenanya, perlu direncanakn media dan strategi pembelajaran yang tepat
dengan ruang lingkup materi.
• Evaluasi pembelajaran belum dapat terlaksana
karena kekurangan waktu.
|
3.
|
Refleksi dan Rencana Selanjutnya
|
Peneliti
dan guru melakukan diskusi bersama untuk membenahi kekurangan yang ada, yakni
dalam perencanaan pebelajaran dan kedua belah pihak sepakat untuk
meningkatkan proses pembelajaran sesuai dengan indikator kinerja yang ada.
|
11
4.1.2 Siklus Kedua
Siklus
ini dilaksanakan selama bulan Agustus 2003. Hasilnya terlihat pada tabel 2.
Tabel 2 Perolehan Data Hasil Siklus Kedua
No.
|
Tahap Kegiatan dan Siklus
|
Hasil
|
1.
|
Perencanaan
|
Peneliti
dan guru :
• Menyusun skenario pembelajaran dengan luas materi
yang memperhitungkan alokasi waktu (2 jam pelajaran) dengan pendekatan PAKEM
berdasarkan KBK.
• Merancang evaluasi pembelajaran untuk mengukur
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam pembelajaran.
Ada
kesepakatan antara peneliti dengan guru bahwa guru sebagai pelaksana
pembelajran akan mempertahankan dan meningkatkan kemajuan yang telah
diperolehnya.
|
2.
|
Tindakan dan Diagnosis/Observasi
|
Guru
melaksanakan skenario pembelajaran yang hasilnya sebagai berikut :
• Guru nampak lebih santai dan mengelola
pembelajaran dengan antusiasme tinggi dari siswa.
• Media pembelajaran yang dirancang
dilaksanakan/digunakan dalam pembelajaran walaupun belum optimal.
• Pada akhir pembelajaran, guru telah melakukan
evaluasi pembelajaran tetapi masih kekurangan waktu.
• Pelaksanaan pembelajaran sudah cukup baik yang
terlihat dari antusias anak dalam pembelajaran.
• Anak lebih mudah /cepat memahami materi
pembelajaran.
• Anak cukup aktif dalam proses pembelajaran baik
bertanya, menanggapi maupun mengerjakan tugas atau melakukan aktivitas dalam
pembelajaran.
|
3.
|
Refleksi dan Rencana Selanjutnya
|
• Guru sebagai pelaksana tindakan menyadari
kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Untuk itu, disepakati untuk melakukan pembenahan skenario pembelajaran agar
dapat mengakomodasi alokasi waktu yang tersedia, sehingga dapat dilakukan
kegiatan pembelajaran inti dan evaluasi pembelajaran.
• Guru sudah mampu menerapkan media dan strategi
pembelajaran. Hal ini perlu ditingkatkan lagi dalam pelaksanaan pembelajaran
selanjutnya.
|
12
4.1.3 Siklus Ketiga
Siklus ini dilaksanakan selama bulan September 2003.
Hasilnya terlihat pada tabel 3.
Tabel 3 Perolehan Data Hasil Siklus Ketiga
No.
|
Tahap Kegiatan dan Siklus
|
Hasil
|
1.
|
Perencanaan
|
• Terdapat penyempurnaan skenario pembelajaran yang
telah disusun pada siklus II dengan memperhitungkan alokasi waktu.
• Disusun skenario pembelajaran dengan strategi
PAKEM berdasarkan KBK yang lebih sesuai dengan kondisi kelas (anak didik).
Skenario ini dirancang untuk dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran.
• Dirancang evaluasi pembelajaran, yang mampu
mengukur kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.
• Guru akan mempertahankan dan sekaligus
meningkatkan kemajuan yang telah diperoleh.
|
2.
|
Tindakan dan Onservasi
|
Guru
melaksanakan skenrio pembelajaran yang telah disusun dengan hasil sebagai
berikut:
• Guru lebih mampu mengendalikan kelas selama proses
pembelajaran berlangung.
• Media pembelajaran yang dirancang sangat membantu
dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif. Hal ini mengakibatkan siswa
lebih mudah/cepat memahami materi pembelajaran.
• Pada akhir pembelajaran, telah melakukan evaluasi
pembelajaran tetapi masih belum maksimal pencapaian hasilnya, karena soal
terlalu banyak/panjang.
• Pelaksanaan pembelajaran sudah cukup baik yang
terlihat dari antusias anak dalam pembelajaran.Hal ini terlihat pada semakin
banyaknya siswa untuk bertanya, menanggapi maupun mengerjakan tugas atau
melakukan aktivitas dalam pembelajaran.
|
3.
|
Refleksi dan Rencana Selanjutnya
|
• Guru sebagai pelaksana tindakan menyadari
kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan,
meliputi ketepatan materi dengan karakteristik siswa, jumlah dan isi alat
evaluasi, dan aspek yang diukur dalam evaluasi pemebelajaran.
• Perlu diupayakan model media dan strategi
pembelajaran yang lebih variatif pada kegiatan pembelajaran berikutnya.
|
13
4.1.4 Siklus Keempat
Siklus
ini dilaksanakan selama bulan Oktober 2003. Hasilnya terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Perolehan Data Hasil Siklus Keempat.
No.
|
Tahap Kegiatan dan Siklus
|
Hasil
|
1.
|
Perencanaan
|
• Peneliti dan guru kembali menyempurnakan skenario
pembelajaran untuk siklus 4 dengan memperhatikan hasil analisis. Skenario
pembelajaran yang dimaksud senantiasa mengembangkan unsur PAKEM sebagai
strategi implementasinya.
• Seperti pada siklus sebelumnya, kegiatan
pembelajaran akan dilakukan selama 2 jam pelajaran dengan tetap menonjolkan
nuansa potensi riil anak sebagai basis pengembangan seluruh aspek pada diri
anak.
• Oleh karenanya, rancangan evaluasi
juga dikembangkan dengan memperhatikan ketiga aspek (kognitif, afektif, dan
psikomotor) yang bersifat integrated.
|
2.
|
Tindakan dan Diagnosis/Onservasi
|
Guru
melaksanakan skenario pembelajaran yang ada dan hasilnya sebagai berikut:
• Interaksi belajar guru-siswa berlangsung dalam
suasana menghargai potensi siswa.
• Jumlah siswa yang memberikan respon terhadap
pembahasan materi semakin bertambah banyak, meskipun kualitas responnya belum
begitu baik.
• Dalam mengelola kelas, guru lebih banyak
menggunakan pendekatan partisipatif untuk membangkitkan respon aktif siswa.
• Kerja kelompok siswa lebih kondusif yang ditandai
dengan adanya pembagian tugas yang jelas pada tiap-tiap anggota kelompok.
• Pada akhir kegiatan belajar mengajar, guru telah
mencoba mengimplementasikan evaluasi seluruh aspek. Hasilnya menunjukkan
adanya perubahan (peningkatan) yang lebih baik.
• Masih terdapat beberapa siswa yang mengalami salah
konsep.
|
3.
|
Refleksi dan Rencana Selanjutnya
|
• Interaksi guru-siswa yang telah optimal perlu
dipertahankan, bahkan dikembangkan lebih baik lagi.
• Guru perlu mempertahankan sistem kelompok bagi
siswa untuk membahas konsep dasar.
• Penegasan penentuan tugas setiap anggota, aturan
main diskusi kelompok, dan target yang diinginkan merupakan bagian penting
yang harus diperhatikan.
• Sistem evaluasi multi aspek senantiasa harus
dipertahankan dan dikembangkan lagi pada siklus berikutnya.
Peneliti
dan guru melakukan analisis terhadap perolehan data selama siklus ini.
Perolehan data, meliputi capaian peningkatan, kendala yang dihadapi,
pendorong yang ada, kemungkinan pengembangan lebih baik, dan penetapan
rekomendasi untuk melakukan revisi pada skenario pembelajaran siklus
berikutnya.
|
14
4.1.5 Siklus Kelima
Siklus
ini dilaksanakan selama bulan Nopember 2003. Hasilnya terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Perolehan Data Hasil Siklus Kelima
No.
|
Tahap Kegiatan dan Siklus
|
Hasil
|
1.
|
Perencanaan
|
• Peneliti dan guru menyusun skenario pembelajaran
untuk siklus terakhir (kelima) dengan memperhatikan beberapa hal sebagai
implementasi refleksi siklus sebelumnya, meliputi pentingnya sistem kelompok
bagi siswa, interaksi guru-siswa senantiasa harus dipertahankan dan
dikembangkan, dan evaluasi pada multiaspek diri siswa.
• Bagian penting yang tidak boleh diabaikan dalam
mengembangkan skenario pembelajaran ini adalah keharusan menggunakan
unsur-unsur PAKEM sebagai dasar bagi implementasi refleksi siklus sebelumnya.
|
2.
|
Tindakan dan Diagnosis/Observasi
|
Guru
melaksanakan skenario pembelajaran yang ada. Hasil yang dicapai sebagai
berikut:
• Terdapat peningkatan yang sangat berarti pada
interaksi belajar guru-siswa. Aktivitas ini berlangsung dalam suasana
menghargai potensi siswa pada seluruh aspek secara integrated.
• Terdapat peningkatan jumlah siswa yang memberikan
respon terhadap pembahasan materi semakin bertambah banyak, meskipun kualitas
responnya belum begitu baik.Masih terdapat sebagian kecil siswa yang secara
lisan tidak dapat menyampaikan respon, akan tetapi secara tertulis justru
sebaliknya.
• Melalui pola partisipatif dalam pembelajaran
ternyata mampu meningkatkan kualitas respon siswa. Hal ini terlihat pada
meningkatnya kepercayaan diri siswa dan kemampuan berdebat siswa dengan siswa
lainnya.
• Pola kerja kelompok yang anggotanya bervariasi
memberikan kebermaknaan bagi siswa. Di mana siswa yang semula mengalami
kesalahan konsep, pada siklus ini, kesalahan tersebut tidak terjadi lagi.
• Terdapat peningkatan kemampuan siswa secara
komprehensif, meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor berdasarkan
hasil evaluasi akhir siklus ini.
• Siswa memberikan respon positif terhadap guru yang
melakukan evaluasi secara komprehensif. Jadi, evaluasi yang hanya terfokus
pada satu aspek dirasakan sangat merugikan siswa.
|
3.
|
Refleksi dan Rencana Selanjutnya
|
Seperti
siklus sebelumnya, peneliti dan guru melakukan analisis terhadap perolehan
data selama siklus ini. Hasilnya adalah:
• Perolehan data pada siklus terakhir ini
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan capaian kinerja guru dan siswa,
kedalaman konsep telah terjadi reduksi yang signifikan, guru telah terbiasa
dengan model kerja kelompok yang anggota siswanya heterogen (variatif).
• Interaksi guru-siswa semakin optimal. Hal ini
ditunjukkan dengan kualitas respon siswa, kuantitas siswa yang memberikan
|
15Tahap Kegiatan dan No. Hasil
Siklus
respon, dan kuantitas siswa yang mengalami kesalahan
konsep.
• Penegasan penentuan tugas setiap anggota, aturan
main diskusi kelompok, dan target yang diinginkan merupakan bagian penting
yang harus diperhatikan. Beberapa komponen penting dalam kerja kelompok itu
mendorong guru untuk mempertahankan sistem kelompok bagi siswa untuk membahas
konsep dasar.
• Sistem evaluasi multiaspek telah memberikan
kebermaknaan bagi siswa di kelas.
|
4.2
Bahasan
Untuk mengetahui apakah suatu siklus telah mencapai
hasil yang optimal, maka peneliti melakukan konsultasi hasil dengan indikator
kinerja yang telah ditetapkan. Indikator kinerja merupakan suatu ukuran bagi
peneliti untuk memahami sejauh mana tingkat keoptimalan hasil pada tiap siklus.
Kecermatan peneliti dan keakuratan data sangat menentukan keoptimalan capaian
tindakan dan harapan pada penelitian ini. Bahasan dilaksanakan berdasarkan
deskripsi data pada setiap rangkaian siklus.
4.2.1
Siklus Pertama
Pada tahapan perencanaan, data menunjukkan bahwa
pembelajaran IS yang diterapkan oleh guru selama ini masih lebih berorientasi
pada penguasaan materi secara kognitif. Anak lebih banyak belajar untuk
menghafal, kurang tertarik dengan pelajaran IS atau jenuh dengan pelajaran ini
karena materi sangat kering (berupa hafalan). Pendekatan dan metode yang
digunakan kurang variatif dan peran guru sangat menonjol sebagai pemberi dan
pengarah materi pembelajaran. Selanjutnya, dalam tahap perencanaan ini
diperoleh kesepakatan dan hasil diskusi untuk pembenahan proses pembelajaran IS
sesuai dengan rencana penelitian yaitu : tersusunnya rencana pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan PAKEM; tersusunnya kriteria pemantauan kinerja
guru dalam penerapan pembelajaran PAKEM; tersusunnya model evaluasi yang dapat
mengukur pemahaman anak yang lebih dalam (afektif dan psikomotorik); dan guru
telah memiliki kesiapan untuk menerapkan rencana pembelajaran yang telah ada.
Pada bagian tindakan dan diagnosis/observasi, nampak
bahwa guru menerapkan skenario pembelajaran yang telah disusun dengan
memanfaatkan media pembelajaran dan implementasi pendekatan PAKEM berdasarkan
KBK dalam pokok bahasan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Hasil
pengamatan jalannya proses pembelajaran menunjukkan siswa cukup antusias dalam
pembelajaran karena materi pelajaran menjadi menarik dalam proses pembelajaran,
sementara guru lebih banyak berperan sebagai mediator dan fasilitator (siswa
memiliki buku acuan yang relatif lengkap dalam pembelajaran).Guru menerapkan
pembelajaran dengan mengunakan metode yang berviariasi seperti perpaduan metode
ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Penerapan metode dalam pembelajaran diawali
dengan melakukan pengundian terhadap masalah dan tugas yang harus dilakukan
siswa dalam pembelajaran. Dengan metode ini anak
16
lebih aktif, tertarik dan senang dalam pembelajaran,
walaupun belum maksimal. Beberapa hal yang belum terlaksana dengan baik yaitu:
ada bagian materi yang telah direcanakan dibahas tidak terlaksana karena
lingkup materi terlalu luas. Untuk itu perlu direncanakan media dan strategi
pembelajaran yang variasinya lebih banyak, sehingga pembelajaran lebih menarik
lagi. Namun, evaluasi pembelajaran belum dapat terlaksana karena kekurangan
waktu.
Bagian analisis dan refleksi diketahui bahwa telah
dilakukan diskusi bersama untuk membenahi kekurangannya yang ada, yakni dalam
perencanaan pembelajaran dan tim peneliti sepakat untuk meningkatkan proses
pembelajaran sesuai dengan kriteria yang disepakati bersama. Catatan ini sangat
penting bagi perencanaan siklus kedua.
4.2.2
Siklus Kedua
Pada bagian perencanaan, setelah memperhatikan hasil
analisis dan merupakan refleksi pada siklus ini, menunjukkan bahwa telah
dilakukan penyusunan kembali skenario pembelajaran yang menggunakan pendekatan
PAKEM sesuai KBKdengan luas materi yang memperhitungkan alokasi waktu untuk 2
jam pelajaran. Di samping itu, juga dilakukan perancangan evaluasi pembelajaran
yang mampu mengukur kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam
pembelajaran. Bagian-bagian penting yang telah dicapai pada siklus pertama akan
dipertahankan dan sekaligus ditingkatkan lebih baik lagi pada siklus ini.
Setelah dilakukan serangkaian tindakan, maka hasil
observasi menunjukkan guru melaksanakan skenario pembelajaran yang telah
disusun dengan hasil, guru nampak lebih santai dan mengelola pembelajaran
dengan memperhatikan alokasi waktu yang tersedia. Proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru senantiasa memperhatikan ketersediaan media pembelajaran.
Guru menyiapkan petabuta wilayah negara-negara di Kawasan Asia dengan warna
yang cukup menarik dan masing-masing wilayah berisi kode tertentu. Media ini
kemudian dimanfaatkan guru dengan penggunaan motode yang bervariasi sebagaimana
telah diterapkan pada siklus kesatu. Penerapan metode, menggunaan media dan
sumber belajar lebih terarah dari pada siklus kesatu. Hal ini memberikan dampak
pada antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa lebih mudah/cepat
memahami materi pembelajaran. Di samping itu, siswa cukup aktif dalam proses
pembelajaran baik bertanya, menanggapi maupun mengerjakan tugas atau melakukan
aktifitas dalam pembelajaran. Pada akhir pembelajaran, guru telah mencoba
melakukan evaluasi namun tidak tuntas, karena kekurangan waktu.
Berdasarkan kenyataan itulah, peneliti bersama guru
melakukan analisis dan refleksi yang hasilnya dirumuskan sebagai berikut: guru
sebagai pelaksana tindakan menyadari kekurangan yang terjadi dalam proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Disepakati untuk pembenahan skenario
pembelajaran agar dapat mengakomodasi alokasi waktu yang tersedia, sehingga
dapat dilakukan kegiatan pebelajaran inti dan evaluasi pembelajaran.Terkait
dengan penggunaan media dan strategi pembelajaran sudah cukup baik
penerapannya, disepakati untuk ditingkatkan lagi dalam pelaksanaan selanjutnya.
17
4.2.3
Siklus Ketiga
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus
kedua, pada rancangan siklus ini diperoleh data tentang penyempurnaan skenario
pembelajaran yang telah disusun pada siklus II dengan memperhitungkan alokasi
waktu. Dirancang evaluasi pembelajaran, yang mampu mengukur kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik siswa dalam pembelajaran. Disusun skenario
pembelajaran dengan tetap menggunakan pendekatan PAKEM berdasarkan KBK yang
lebih sesuai dengan kondisi kelas (siswa). Skenario ini dirancang untuk
dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran. Ada kesepakatan dengan guru sebagai
pelaksana untuk meningkatkan dan mempertahankan kemajuan yang telah
diperolehnya.
Pada bagian tindakan, hasil observasi menunjukkan
bahwa guru melaksanakan skenario pembelajaran yang telah disusun. Guru nampak
lebih santai dan mengelola pembelajaran dengan antusiasme tinggi. Media
pembelajaran yang dirancang sangat membantu dalam menciptakan kondisi belajar
yang kondusif. Media pembelajaran dilegkapi dengan penggunaan kartu-kartu yang
berisikan pertanyaan dan atau tugas yang perlu dikerjakan/dijawab oleh siswa
baik tertulis maupun lisan. Pertanyaan atau tugas yang tertera dalam kartu
menjadi bahan diskusi anak dalam kelompok yang selanjutnya akan di sampaikan
didepan kelas. Dengan pemanfaatan media pembelajaran yang lebih beragam dan
metode pembelajaran yang bervariasi mendorong siswa lebih aktif , kreatif dan
siswa nampak senang dalam pembelajaran IS. Pada akhir pembelajaran telah
melakukan evaluasi pembelajaran tetapi masih belum maksimal pencapaian hasil
pembelajaran anak karena soal terlalu banyak/panjang. Pelaksanaan pembelajaran
sudah cukup baik yang terlihat dari antusias anak dalam pembelajaran, lebih
mudah /cepat memahami materi pembelajaran, dan cukup aktif dalam proses
pembelajaran baik bertanya, menanggapi maupun mengerjakan tugas atau melakukan
aktifitas dalam pembelajaran.
Refleksi hasil dari siklus ini yang menjadi dasar
penyusunan rencana selanjutnya yakni guru sebagai pelaksana tindakan menyadari
kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Disepakati untuk pembenahan skenario dan evaluasi pembelajaran agar dapat
mengakomodasi alokasi waktu yang tersedia, sehingga dapat dilakukan kegiatan
pembelajaran inti dan evaluasi pembelajaran dengan efektif. Mengenai media dan
strategi pembelajaran sudah cukup baik penerapannya, dan disepakati untuk
ditingkatkan dalam pelaksanaan selanjutnya.
4.2.4
Siklus Keempat
Pada bagian perencanaan, diperoleh data tentang guru
kembali menyempurnakan skenario pembelajaran untuk siklus 4 dengan
memperhatikan hasil analisis. Skenario pembelajaran yang dimaksud senantiasa
mengembangkan pendekatan PAKEM sebagai strategi implementasinya. Seperti pada
siklus sebelumnya, kegiatan pembelajaran akan dilakukan selama 2 jam pelajaran
dengan tetap menonjolkan nuansa potensi riil anak sebagai basis pengembangan
seluruh aspek pada diri anak. Oleh karenanya, rancangan evaluasi juga
dikembangkan dengan memperhatikan ketiga aspek (kognitif, afektif, dan
psikomotor) yang bersifat integrated.
Selama terjadinya tindakan, setelah diobservasi
diketahui guru telah melaksanakan skenario pembelajaran yang ada, yang
menghasilkan interaksi belajar guru-siswa berlangsung dalam suasana menghargai
potensi siswa. Anak belajar berangkat
18
dari pengetahuan dan pemahaman yang sudah dimiliki dan
paling menarik bagi siswa dari suatu wilayah yang sedang dipelajari. Media
pembelajaran yang telah dilengkapi dan disempurnakan dari siklus kesatu sampai
siklus ketiga tetap dimanfaatkan, sebagai dasar pengembangan materi
pembelajaran. Selanjutnya pertanyaan dan tugas dikembangkan tantang hal-hal
lain yang masih berkait dengan kondisi daerah atau wilayah yang dipelajari.
Metode yang digunakan tetap bervariasi dengan memanfatkan media pembelajaran.
Jumlah siswa yang memberikan respon terhadap pembahasan materi semakin
bertambah banyak, meskipun kualitas responnya belum begitu baik. Dalam
mengelola kelas, guru lebih banyak menggunakan pendekatan partisipatif untuk
membangkitkan respon aktif siswa. Kerja kelompok siswa lebih kondusif yang
ditandai dengan adanya pembagian tugas yang jelas pada tiap-tiap anggota
kelompok. Pada akhir kegiatan belajar mengajar, guru telah mencoba
mengimplementasikan evaluasi seluruh aspek. Hasilnya menunjukkan adanya
perubahan (peningkatan) yang lebih baik walaupun masih terdapat beberapa siswa
yang mengalami salah konsep.
Peneliti bersama guru melakukan analisis terhadap
perolehan data selama siklus ini. Perolehan data, meliputi capaian peningkatan,
kendala yang dihadapi, pendorong yang ada, kemungkinan pengembangan lebih baik,
dan penetapan rekomendasi untuk melakukan revisi pada skenario pembelajaran
siklus berikutnya. Interaksi guru-siswa yang telah optimal perlu dipertahankan,
bahkan dikembangkan lebih baik lagi. Guru perlu mempertahankan sistem kelompok
bagi siswa untuk membahas konsep dasar. Penegasan penentuan tugas setiap
anggota, aturan main diskusi kelompok, dan target yang diinginkan merupakan
bagian penting yang harus diperhatikan. Sistem evaluasi multiaspek senantiasa
harus dipertahankan dan dikembangkan lagi pada siklus berikutnya.
4.2.5
Siklus Kelima
Peneliti bersama guru menyusun skenario pembelajaran
untuk siklus terakhir (kelima). Beberapa yang telah diperhatikan sebagai
impelemntasi refleksi siklus sebelumnya meliputi pentingnya sistem kelompok
bagi siswa, interaksi guru-siswa senantiasa harus dipertahankan dan
dikembangkan, dan evaluasi pada multiaspek diri siswa. Bagian penting yang
tidak boleh diabaikan dalam mengembangkan skenario pembelajaran ini adalah
keharusan menggunakan unsur-unsur PAKEM sebagai dasar bagi implementasi
refleksi siklus sebelumnya.
Guru dalam melaksanakan skenario pembelajaran yang
ada, terdapat peningkatan yang sangat berarti pada interaksi belajar
guru-siswa. Aktivitas ini berlangsung dalam suasana menghargai potensi siswa.
Guru lebih maksimal menggunakan metode yang bervariasi dengan memanfaatkan
media pebelajaran. Siswa sangat antusias, aktif dan menunjukan semangat
(senang) dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah
siswa yang memberikan respon terhadap pembahasan materi. Kerjasama siswa dalam
kelompok cukup baik dilihat dari respon, partisipasi dalam penyeesaian tugas,
masalah dan saling mendukung/mengisi antara anggota kelompok. Namun demikian,
masih terdapat sebagian kecil siswa yang secara lisan tidak dapat menyampaikan
respon dengan baik, akan tetapi secara tertulis bahkan sebaliknya.
19
Dengan mempertahankan pola partisipatif ini, terdapat
peningkatan kualitas respon siswa. Di samping itu, siswa telah menunjukkan
kemajuan dalam kepercayaan diri dan kemampuan berdebat dengan siswa lain. Pola
kerja kelompok yang anggotanya bervariasi memberikan kebermaknaan bagi siswa.
Siswa yang semula mengalami kesalahan konsep, pada siklus ini, kesalahan
tersebut tidak terjadi lagi.
Terdapat peningkatan kemampuan siswa secara
komprehensif, meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor berdasarkan
hasil evaluasi akhir siklus ini. Siswa memberikan respon positif terhadap guru
yang melakukan evaluasi secara komprehensif. Jadi, evaluasi yang hanya terfokus
pada satu aspek dirasakan sangat merugikan bagi diri siswa.
Sebagai akhir refleksi dari seluruh implementasi
siklus, seperti siklus sebelumnya, tim peneliti melakukan analisis terhadap
perolehan data selama siklus ini. Perolehan data pada siklus terakhir ini
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan capaian kinerja guru dan siswa,
kedalaman konsep telah terjadi reduksi yang signifikan, guru telah terbiasa
dengan model kerja kelompok yang anggota siswanya heterogen (variatif).
Interaksi guru-siswa semakin optimal. Hal ini
ditunjukkan dengan kualitas respon siswa, kuantitas siswa yang memberikan
respon, dan berkurangnya siswa yang mengalami kesalahan konsep. Penegasan
penentuan tugas setiap anggota, aturan main diskusi kelompok, dan target yang
diinginkan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan. Beberapa komponen
penting dalam kerja kelompok itu mendorong guru untuk mempertahankan sistem
kelompok bagi siswa untuk membahas konsep dasar. Sistem evaluasi multi aspek
telah memberikan kebermaknaan bagi siswa di kelas.
Berdasarkan implementasi dari semua siklus, diketahui
bahwa pada siklus kelima (terakhir) data telah menunjukkan adanya perubahan ke
arah lebih optimal sebagai bentuk telah terjadinya suatu peningkatan. Hal ini
sesuai dengan indikator keinerja bahwa keoptimalan implementasi skenario
pembelajaran IS sesuai KBK ditandai dengan adanya penyusunan dan penerapan
skenario pembelajaran yang telah memenuhi unsur keterlibatan aktif siswa,
akivitas belajar yang variatif, dan pelibatan sumber belajar secara menyeluruh.
Peningkatan kemampuan siswa dalam penguasaan kompetensi dasar IS ditandai
dengan unsur penggunaan evaluasi pembelajaran yang meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor secara komprehensif/integratif berdasarkan kompetensi
dasar yang telah ditetapkan.
5. Simpulan dan Saran
5.1 Simpulan
Berdasarkan implementasi dari semua siklus, diketahui
bahwa pada siklus kelima (terakhir) data telah menunjukkan adanya perubahan
kearah lebih optimal sebagai bentuk telah terjadinya suatu peningkatan. Hal ini
sesuai dengan indikator kinerja bahwa : Keoptimalan implementasi skenario
pembelajaran IS sesuai KBK ditandai dengan adanya penyusunan dan penerapan
skenario pembelajaran yang telah memenuhi unsur keterlibatan aktif siswa,
aktivitas belajar yang variatif, dan pelibatan sumber belajar secara
menyeluruh. Penerapan ini berdampak pada peningkatan kemampuan siswa dalam
penguasaan kompetensi dasar IS ditandai dengan unsur penggunaan evaluasi
pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara komprehensif/integratif
berdasarkan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping
20
itu peningkatan sebagai wujud dari implementasi
tindakan berupa sistem kelompok bagi siswa, interaksi guru-siswa senantiasa
harus dipertahankan dan dikembangkan, dan evaluasi pada multiaspek diri siswa.
Bagian penting yang tidak boleh diabaikan dalam mengembangkan skenario
pembelajaran ini adalah keharusan menggunakan unsur-unsur PAKEM sebagai dasar
bagi penyelenggaraan pembelajaran.
5.2 Saran
Berdasarkan
simpulan di atas, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:
SDK
Aletheia Mataram sebagai lembaga mitra FKIP Universitas Mataram diharapkan
dukungan dan berpartisipasi aktif pada upaya peningkatan kualitas pembelajaran,
khususnya mata pelajaran Ilmu Sosial. Untuk itu, beberapa pihak yang terdapat
di dalamnya diharapkan:
Sekolah hendaknya memfasilitasi kekurangan-kekurangan
yang dialami oleh para guru dalam menyelenggarakan pembelajaran, memberikan
dukungan bagi para guru untuk mengadakan jalinan kemitraan dengan perguruan
tinggi (LPTK) setempat guna mewujudkan aktivitas pembelajarn yang optimal.
Guru mata pelajaran Ilmu Sosial hendaknya
memperhatikan implementasi skenario pembelajaran IS sesuai KBK ditandai dengan
adanya penyusunan dan penerapan skenario pembelajaran yang telah memenuhi unsur
keterlibatan aktif siswa, aktivitas belajar yang variatif, dan pelibatan sumber
belajar secara menyeluruh. Memperhatikan peningkatan kemampuan siswa dalam
penguasaan kompetensi dasar IS ditandai dengan unsur penggunaan evaluasi pembelajaran
yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara
komprehensif/integratif berdasarkan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Mengingat siswa memiliki peran yang cukup besar terhadap keberhasilan proses
belajar mengajar (IS), untuk itu mereka dituntut untuk berperan aktif pada
proses belajar mengajar mata pelajaran IS.
FKIP Universitas Mataram sebagai satu-satunya LPTK
negeri di Propinsi Nusa Tenggara Barat, diharapkan dapat senantiasa menjalin
kemitraan dan sekaligus mengembangkan jalinan itu pada kegiatan sejenis. Untuk
itu dosen Pendidikan IPS-PPKN FKIP Universitas Mataram, khususnya yang tertarik
dengan kajian pembelajaran diharapkan lebih menajamkan kajian serupa pada kasus
dan kondisi yang berbeda. Hal ini amat penting dalam rangka mencari format
(model) yang paling tepat pada proses belajar mengajar Ilmu Sosial, khususnya
di SDK Aletheia Mataram.
21
Pustaka Acuan
Corebima. (2002). Teori belajar konstruktivisme.
Jakarta Direktorat SLTP Ditjen Dikdasmen Depdiknas.
Depdiknas (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Mata Pelajaran Ilmu Sosial (IS). Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas.
-------------. (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas.
Djamarah, S.B. dan Zain, A. (1996). Strategi belajar
mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Herianto, E. (2000). Upaya meningkatkan prestasi
belajar mahasiswa S1/1996 PPKN FKIP Universitas Mataram melalui pemberian tugas
terstruktur. Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Mataram: Lembaga Penelitian
Universitas Mataram.
---------------. (2002). Otonomi guru pada era
kurikulum berbasis kompetensi. Makalah disajikan dalam Seminar Regional HMJ
PIPS FKIP Universitas Mataram. Mataram: 12 Nopember 2002.
Jarrolimek, J. (1996). Social studies in elementary
school. Albany, NY: Brookline Books.
Messick, C. (1997). Methods and strategies for
teaching in elementary schools (3rd.ed.). White Plains, NY: Longman.
Natawidjaya, R. (1989). Pengembangan program
pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Nur, M. (2000). Pengajaran berpusat kepada siswa dan
pendekatan konstruktivis dalam pengajaran. Surabaya: Pusat Studi matematika dan
Sains Sekolah UNESA.
Soedarsono, FX. (1996). Pedoman pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta: BP3GSD, UP3SD, UKMP-SD Ditjen Dikti Depdikbud.
Soedarsono, FX. (2001). Aplikasi penelitian tindakan
kelas. Jakarta: PAU Ditjen Dikti Depdiknas.
Sudjana,
N. (1998). Strategi belajar mengajar. Jakarta :
Ditjen Dikti Depdikbud.
Sulaimi, M. (1999). Penelitian tindakan kelas tentang
upaya peningkatan kualitas PPL Mata Pelajaran PPKN dengan memanfaatkan Format
APKG di SMUN 3 Mataram. Laporan Penelitian. Mataram: Lemlit Universitas
Mataram.
22
Sumarno (1996). Pedoman pelaksanaan penelitian
tindakan kelas (PTK). Yogyakarta : BP3GSD,
UP3SD, UKMP-SD Ditjen Dikti Depdikbud.
Suparno (1998/1999). Strategi belajar mengajar IPS. Jakarta : P2GSD Ditjen
Dikti Depdiknas.
Supriyadi (1998/1999). Pendekatan keterampilan proses.
Jakarta : P2GSD
Ditjen Dikti Depdiknas.
Suyanto (1996). Pedoman pelaksanaan penelitian tindakan
kelas (PTK). Yogyakarta : BP3GSD, UP3SD, UKM-SD
Dirjen Dikti Depdikbud.
Tim Pelatih Proyek PGSM. (1999). Penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Research: Bahan pelatihan dosen LPTK dan guru sekolah
menengah. Jakarta :
P2GSM Ditjen Dikti Depdiknas.
Usman, M.U. (2000). Menjadi guru professional. Bandung : Rosdakarya.
Wellton dan Mallan. (1996). Teaching and learning
elementary social studies. (6Th-Ed.). Boston :
Allyn and Bacon.
Wijaya dan Tabrani. (1991). Kemampuan dasar guru dalam
proses belajar mengajar. Bandung :
Remaja Rodakarya.
23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar