Jumat, 28 Juni 2013

PENINGKATAN PENGUASAAN ILMU SOSIAL MELALUI IMPLEMENTASI SKENARIO PEMBELAJARAN BERDASARKAN KBK DI KELAS 6 SDK ALETHEIA MATARAM

PENINGKATAN PENGUASAAN ILMU SOSIAL MELALUI
IMPLEMENTASI SKENARIO PEMBELAJARAN BERDASARKAN
KBK DI KELAS 6 SDK ALETHEIA MATARAM
Nyoman Suarta*)
Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) memperoleh model implementasi skenario pembelajaran Ilmu Sosial (IS) sesuai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), (2) memperoleh model evaluasi yang komprehensif dengan memperhatikan aspek pengetahuan, sikap, dan psikomotor berdasarkan kompetensi dasar IS. Dalam penelitian ini dilakukan lima tindakan dalam bentuk siklus selama tujuh bulan efektif. Setiap siklus memiliki empat tahapan yaitu: tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi dan evaluasi. Hasil akhir pada refleksi dan evaluasi siklus pertama digunakan sebagai dasar untuk melakukan perencanaan pada siklus kedua dan seterusnya sampai dengan siklus kelima. Hasilnya menunjukkan bahwa implementasi skenario pembelajaran IS sesuai dengan KBK yang ditandai dengan adanya penyusunan dan penerapan skerario pembelajaran yang telah memenuhi unsur keterlibatan aktif siswa, aktivitas belajar yang variatif, dan pelibatan sumber belajar. Terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam penguasaan kompetensi dasar IS, yang diukur dengan menggunakan evaluasi pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara komprehensif/integratif berdasarkan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Kata Kunci: Skenario pembelajaran kompetensi dasar Ilmu Sosial, kurikulum berbasis kompetensi, strategi implementasi.
1. Pendahuluan
Kegiatan belajar mengajar dikatakan telah terlaksana secara profesional apabila hasil proses kegiatan sesuai dengan perencanaan. Perencanaan atau skenario pembelajaran yang disusun sesuai dengan tuntutan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Wellton dan Mallan (1996), Messick (1997) menjelaskan bahwa indikator keprofesionalan guru dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar terlihat pada keoptimalan guru dalam merencanakan dengan menyusun skenario pembelajaran dan melaksanakannya sesuai dengan konteks.
Permasalahan yang sering terjadi adalah belum adanya kesamaan pemahaman pihak terkait (mahasiswa/calon guru dan guru) terhadap skenario pembelajaran. Padahal skenario pembelajaran sangat menentukan hasil belajar siswa. Seperti ditegaskan oleh Welton dan Mallan (1996) bahwa pemahaman guru terhadap implementasi skenario pembelajaran menjadi sangat mendesak mengingat dampaknya pada kompetensi siswa sesuai konsep dasar materi pelajaran. Beberapa kesalahan yang ada, di antaranya perencanaan pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan selama ini, lebih mengacu
*) Drs. Nyoman Suarta, M.Si. adalah dosen FKIP Universitas Mataram


1
pada buku paket sehingga materi yang dirancang untuk disampaikan kepada anak didik adalah materi yang ada di paket atau buku pegangan guru yang bersifat teoritik dan sangat kering. Pengembangan perencanaan (skenario pembelajaran) yang demikian tentu tidak sesuai dengan konteks, lingkungan keseharian anak dan tahap perkembangan anak. Meskipun para guru mengetahui pentingnya skenario pembelajaran untuk mengembangkan potensi anak dan lingkungan sebagai dasar bagi proses dan evaluasi belajar mengajar; akan tetapi sebagian di antaranya belum mampu melakukannya.
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Sulaimi (1999) menunjukkan adanya kenyataan tersebut. Guru PPKN mengakui adanya keterbatasan pengetahuannya dalam menyusun skenario pembelajaran yang pada pelaksanaannya akan dapat mengembangkan potensi anak. Pada bagian lain, hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Herianto (2000) menunjukkan bahwa mahasiswa semester 6 (telah menempuh matakuliah PBM) belum sepenuhnya memahami dan menguasai cara implementasi (penyusunan dan penerapan) skenario pembelajaran yang mampu mengembangkan potensi anak yang sesuai dengan kondisi diri dan lingkungannya.
Sejalan dengan akan diberlakukannya KBK, tuntutan terhadap profesionalisme guru dalam menyelenggarakan pembelajaran adalah mutlak. Data hasil observasi (wawancara singkat) dengan para guru peserta program penyetaraan D3 dan S1 Ilmu Sosial (IS) menunjukkan adanya keterbatasan mereka dalam memahami dimensi KBK dalam implementasi pembelajaran.
Pada bagian lain, hasil studi di atas menunjukkan adanya keinginan yang mendesak bagi para guru IS untuk memahami secara benar cara dan strategi menyusun dan menerapkan skenario pembelajaran sesuai dengan tuntutan KBK. Harapan guru adalah: (1) Perlu adanya pelatihan khusus tentang strategi implementasi (penyusunan dan penerapan) skenario pembelajaran sesuai dengan tuntutan KBK ; (2) Perlu adanya kesamaan pemahaman tentang implementasi (penyusunan dan penerapan) skenario pembelajaran yang sesuai dengan KBK; dan (3) Tuntutan profesionalime dalam unjuk kerja guru sangat mendesak untuk diwujudkan.
Dimensi Ilmu Sosial di SD (Sekolah Dasar) berdasarkan KBK memiliki beberapa ciri khas, yang mengharuskan pembelajaran dengan pola kreatif dan komprehensif. Kreatif, mengharuskan guru untuk menyusun rancangan pembelajaran dengan variasi aktivitas siswa berdasarkan pelibatan sumber belajar secara menyeluruh. Komprehensif, menghendaki guru secara sungguh-sungguh mengevaluasi kemampuan siswa dengan memperhatikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Keduanya dimaksudkan agar siswa mampu menguasai kompetensi dasar IS (Depdiknas, 2001).
Hal ini mengharuskan guru untuk melakukan reorientasi dalam implementasi (penyusunan dan penerapan) skenario pembelajaran. Guru IS harus memiliki pemahaman yang tepat secara teori maupun praktis tentang implementasi (penyusunan dan penerapan) skenario pembelajaran yang sesuai dengan KBK IS. Secara teoritis, mereka harus menguasai konsep dasar dan strategi implementasi (penyusunan) skenario pembelajaran sesuai dengan KBK IS. Secara praktis, guru IS harus terampil dan cakap dalam implementasi (penerapan) skenario pembelajaran sesuai dengan KBK di depan kelas berdasarkan skenario pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Jika kedua hal itu dilaksanakan secara optimal maka akan berdampak pada peningkatan penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar mata pelajaran IS.


2
Di SDK Aletheia Mataram, guru IS memiliki permasalahan yang cukup serius terkait dengan implementasi KBK. Berdasarkan diskusi dengan para guru IS ditemukan permasalahan yang dimaksud, di antaranya: (1) guru IS belum memahami dengan benar implementasi KBK dalam pembelajaran; (2) guru IS belum dapat menyusun skenario pembelajaran sesuai KBK; (3) guru IS belum memiliki gambaran yang jelas tentang model penerapan skenario pembelajaran sesuai KBK. Di sisi lain dari temuan ini diketahui adanya kesadaran guru IS tentang pentingnya KBK. Guru IS sangat mengharapkan bimbingan intensif tentang implementasi KBK dalam pembelajaran. Mereka mengharapkan bantuan LPTK guna memahami dan mengimplementasikan KBK
di kelas.
Atas dasar kenyataan dan harapan itulah, guru IS SDK Aletheia Mataram bersama-sama peneliti FKIP Universitas Mataram merumuskan permasalahan yang akan dikaji melalui tindakan kelas, yaitu “apakah implementasi skenario pembelajaran berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) secara optimal dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar IS?” Permasalahan ini pada prinsipnya terdiri dari dua hal pokok (batasan masalah), meliputi implementasi skenario pembelajaran IS sesuai KBK, implementasi yang di maksud yaitu penyusunan dan penerapan skenario pembelajaran IS dan peningkatan penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar IS yang meliputi penguasaan pengetahuan, sikap, dan psikomotor berdasarkan kompetensi dasar IS.
2. Kajian Teori
Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemandirian dalam menunaikan tanggung jawabnya. Herianto (2002) menegaskan pentingnya kemandirian guru dalam peningkatan kualitas pendidikan. Penentu kebijakan di Departemen Pendidikan Nasional hendaknya membuat konsep yang jelas tentang pola peningkatan mutu guru. Dalam hal ini, guru harus dipandang sebagai profesi mandiri bukan sebagai bagian dari birokrasi. Peningkatan kualitas profesi sekurang-kurangnya meliputi empat hal. Pertama, kapasitas dan kemampuan; guru harus dapat memperbaharui dan menambah pengetahuannya sesuai dengan perkembangan zaman. Kedua, kemampuan berinovasi, mentransformasi pengetahuan, memberikan makna pada materi pelajaran bagi siswa secara riil sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat. Ketiga, menggunakan waktu secara total untuk mengabdikan diri pada profesinya. Keempat, bertanggungjawab kepada diri sendiri seiring dengan upaya berprestasi sehingga memberikan kebermaknaan pada diri dan lingkungan masyarakat sekitar.
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh sebab itu, guru seyogyanya memiliki kemampuan dan perilaku yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh dan profesional. Untuk melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal sebagai kompetensi yang dimilikinya. Wijaya dan Tabrani (1991) menegaskan bahwa dalam proses belajar mengajar guru harus memiliki kemampuan keguruan guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya.


3
Guru perlu membina diri secara baik karena fungsi guru adalah membina dan mengembangkan kemampuan siswa secara profesional di dalam proses belajar mengajar.
Natawidjaya (1989), mengemukakan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya perlu memahami dan menghayati wujud siswa sebagai menusia yang akan dibimbingnya. Di sisi lain, guru harus pula memahami dan menghayati wujud anak lulusan sekolah sebagai gambaran hasil didikannya yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan filsafat hidup dan nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia. Upaya mencapai tujuan tersebut, menurut Sudjana (1998) kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih memegang peranan penting. Mengingat peranan penting tersebut hal yang perlu diperhatikan oleh guru adalah kemampuan dalam melaksanakan proses belajar mengajar, keberadaan dan kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran dan pengelolaan fasilitas pendukung proses belajar mengajar.
Pola kegiatan yang strategis untuk membentuk profesionalisme unjuk kerja guru dapat dilakukan melalui kegiatan proses belajar mengajar. Guru dituntut untuk memiliki bukan hanya wawasan yang luas dan penguasaan materi, mental yang tangguh dan hubungan interpersoal dengan pihak terkait, melainkan juga kemampuannya dalam menyelenggarakan pembelajaran. Untuk itu, para guru perlu dibekali secara teoritis memahami dengan tepat hakikat proses belajar mengajar dan konsep dasar yang melandasi pelaksanaan belajar mengajar. Secara praktis melalui serangkaian kegiatan proses belajar mengajar, guru dituntut mampu mengaplikasikan hakekat teoritis dalam unjuk kerja praktis sehari-hari.
Jika tuntutan profesionalisme unjuk kerja guru dapat diwujudkan, maka pelaksanaan proses belajar mengajar dapat berkualitas. Profesionalisme unjuk kerja yang dimaksud tergambar dalam keterampilan dalam menyusun dan melaksanakan skenario pembelajaran sesuai dengan KBK (Depdiknas, 2001). Hal ini sesuai dengan penegasan Jarrolimek (1996) bahwa para guru yang profesional harus senantiasa mendasarkan diri (unjuk kerjanya) pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Usman (2000) menegaskan bahwa kemandirian guru terletak pada kemampuannya dalam mewujudkan kompetensi pribadi dan kompetensi profesinya. Pada bagian kompetensi pribadi, guru dituntut untuk memiliki kemampuan optimal dalam berperilaku dan bertindak sehingga apa pun yang dilakukan olehnya dapat dijadikan contoh bagi siswa dan masyarakat sekitarnya. Kompetensi profesional terletak pada kemampuan optimal guru dalam mewujudkan tanggungjawabnya untuk mengelola kegiatan pembelajaran secara profesional. Profesionalisme guru dalam menyelenggarakan pembelajaran akan memberikan makna yang optimal bagi siswa dalam mewujudkan kemampuan dirinya sesuai mata pelajaran pada jenjang dan satuan pendidikan tertentu. Profesionalisme guru terlihat pada saat guru mengimplementasikan skenario pembelajaran. Guru harus mampu menyusun skenario pembelajaran yang memuat unsur Pelibatan siswa secara aktif, kegiatan pembelajaran bervariasi, pelibatan sumber belajar secara menyeluruh, dan evalusi pembelajaran (aspek kognitif, afektif, dan psikomotor).
Pembelajaran aktif, merupakan sesuatu yang seharusnya nampak di kelas. Proses pembelajaran yang benar semestinya berorientasi pada siswa (student oriented). Supriyadi (1998/1999) menegaskan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses bantuan guru terhadap siswa dalam memahami suatu konsep dasar dengan bertumpu pada pikiran siswa. Sebaliknya, kegiatan pembelajaran bukanlah “hanya” transformasi ilmu


4
dari guru kepada siswa dengan paksaan latihan tugas bagi siswa. Hal ini sejalan dengan pandangan konstruktivisme dalam belajar. Corebima (2002) menegaskan belajar sesungguhnya bukanlah sekedar proses menghafal semata melainkan juga merupakan proses agar siswa benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan yang diperolehnya. Jadi, siswa perlu dibiasakan dengan memecahkan masalah, menemukan masalah yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.
Dengan demikian, fungsi guru dalam pembelajaran adalah membiasakan diri siswa untuk terlibat aktif menemukan dan menerapkan informasi kompleks, mengecek informasi baru, membandingkan dengan aturan lama, dan memperbaiki aturan itu jika telah tidak sesuai. Guru berperan aktif untuk membantu siswa guna menemukan fakta, konsep, atau prinsip dari diri mereka, bukan sekedar ceramah dan mengendalikan seluruh aktivitas kelas.
Pembelajaran kreatif, pada prinsipnya terkait dengan dua permasalahan pokok. Pertama, guru kreatif merancang seluruh kegiatan pembelajaran. Kedua, siswa dimungkinkan keterlibatannya secara kreatif dalam menemukan dan memecahkan permasalahan belajar. Kreativitas dalam belajar bukan hanya bertumpu pada diri siswa melainkan juga pada diri guru. Siswa dan guru merupakan dua pihak yang berkepentingan terhadap kreativitas dalam belajar-mengajar.
Nur (2000) mengemukakan adanya unsur kreativitas pembelajaran dengan memberikan salah satu contoh aktivitas siswa dalam memecahkan permasalahan secara kreatif. Siswa diberikan batasan waktu yang memadai dan strategi yang tepat untuk pemecahan masalah. Guru seharusnya mengajarkan strategi yang dimaksud dengan memperhatikan unsur pemikiran ide yang tidak umum, pencetusan banyak ide, perencanaan, pemetaan kemungkinan, pemaduan fakta, dan perumusan masalah secara jelas.
Pembelajaran memanfaatkan sumber belajar secara menyeluruh, diartikan sebagai upaya guru dalam mengelola pembelajaran sesuai dengan sumber belajar yang bervariasi dan lengkap dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan setempat. Suparno (1998/1999) menegaskan bahwa guru sekolah dasar sangat berkepentingan dalam menggunakan sumber belajar yang menyeluruh. Penggunaan sumber belajar ini diyakini mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pola pengembangan aktivitas dan kreativitas anak. Hal ini sejalan dengan konsep dasar IS di SD (Depdiknas, 2001) bahwa pembelajar IS senantiasa harus dirancang dengan menggunakan sumber belajar yang variatif dan relevan. Dampak yang diinginkan berupa peningkatan kemampuan siswa dalam memahami diri dan lingkungannya.
Evaluasi pembelajaran yang komprehensif, mengandung maksud keharusan bagi guru untuk melakukan evaluasi dengan memperhatikan seluruh aspek. Djamarah dan Zain (1996) mengingatkan guru agar jangan terlena pada aspek kognitif ketika melakukan evaluasi pembelajaran. Jika guru hanya memperhatikan satu aspek, maka hasil evaluasi tidak dapat digunakan sebagai indikator untuk menggambarkan potensi sesungguhnya pada diri siswa. Hal ini dipertegas oleh Welton dan Mallan (1996) bahwa kegagalan guru dalam mendeskripsikan potensi diri siswa disebabkan oleh evaluasi hanya pada aspek kognitif. Padahal, siswa masih memiliki aspek afektif dan psikomotor yang kurang diperhatikan oleh guru melalui portofolio dan values clarification technique (VCT). Dari beberapa pendapat ini dapat disadari bahwa guru SD khususnya pada mata pelajaran IS memiliki keharusan menyelenggarakan evaluasi pembelajaran secara


5
komprehensif dengan memperhatikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, melalui tes dan nontes (portofolio dan values clasification technique).
Berdasarkan seluruh uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan isi pesan KBK, guru dituntut untuk memiliki kemampuan profesional di bidang keguruan. Bagian penting perwujudan kemampuan profesional terlihat pada saat guru mengimplementasikan skenario pembelajaran. Muatan pokok pada skenario pembelajaran harus memberikan kemungkinan bagi siswa untuk aktif dalam setiap aktivitas pembelajaran. Guru harus mendesain pembelajaran secara variatif sehingga semua potensi siswa dapat dikembangkan secara optimal. Untuk kebutuhan ini, guru harus mampu melibatkan sumber belajar secara menyeluruh. Agar seluruh potensi siswa dapat digambarkan secara komprehensif, maka guru harus melakukan evaluasi secara komprehensif pula dengan memperhatikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.Jika semua unsur yang dipersyaratkan dipenuhi, maka akan diperoleh peningkatan penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar suatu mata pelajaran (IS).
Gambaran singkat tentang alur keterkaitan erat antara implementasi skenario pembelajaran sesuai KBK dengan penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar mata pelajaran (IS), terlihat pada Diagram 1.


6
Guru
Siswa yang Unik
* Perkembangan IPTEK
* Tuntutan lingkungan
* Perkembangan situasi dan
kondisi
PENINGKATAN
KEMAMPUAN MENYUSUN SKENARIO & APLIKASINYA
Guru yang Profesinal

• Pelibatan siswa secara aktif.
• Kegiatan pembelajaran bervariasi.
• Pelibatan sumber belajar secara menyeluruh
• Evaluasi pembelajaran (aspek kognitif, afektif, dan psikomotor).

PBM BERKUALITAS
Perencanaan Pembelajaran
Proses Pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran
PENGUASAAN SISWA TERHADAP KOMPETENSI DASAR/
PRESTASI BELAJAR
SISWA
PENDIDIKAN
BERKUALITAS

Kognitif
Afektif
Psikomotor
Diagram 1: Implementasi Skenario Pembelajaran Berdasarkan KBK Secara Optimal untuk Meningkatkan Penguasaan Siswa terhadap Kompetensi Dasar IS


7
3. Metodologi
Penelitian tindakan kelas ini bersifat kolaboratif (kemitraan) (Soedarsono, 1996; Sumarno, 1996; Suyanto, 1996; dan Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999). Sifat ini terlihat pada kerjasama antara dosen FKIP Universitas Mataram dan Guru IPS SDK Aletheia Mataram, yang berbasis (setting) kelas.
Dipilihnya SDK Aletheia Mataram sebagai tempat kajian tindakan ini dengan pertimbangan: sekolah telah mempersiapkan diri untuk implementasi KBK; guru IS telah memperoleh sosialisasi KBK; dan siswa memiliki kompetensi yang memungkinkan untuk implementasi KBK. Penentuan kelas 6 sebagai setting kelas pada penelitian tinakan ini dengan pertimbangan: siswa memiliki kompetensi untuk mengembangkan diri sesuai dengan aspek KBK; siswa memiliki motivasi belajar yang memadai guna implementasi KBK; siswa memiliki potensi kognitif, afektif, dan psikomotor yang memadai sehingga implementasi KBK dapat diwujudkan.
Menurut permasalahan dan hipotesis tindakan di atas, pada prinsipnya kajian tindakan ini terkait dengan faktor guru dan siswa. Faktor guru yang diteliti berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikan skenario pembelajaran IS sesuai KBK. Implementasi yang dimaksud meliputi kemampuan menyusun rancangan skenario pembelajaran dan melaksanakan skenario tersebut. Di samping itu juga terkait dengan kemampuan menyusun alat evaluasi yang mampu mengukur kemampuan siswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Faktor siswa terkait dengan tingkat kemampuannya dalam menguasai (pengetahuan) kompetensi dasar IS, memahami (afektif) isi pesan kompetensi dasar IS, dan membuktikan (psikomotor) berdasarkan pemahamannya pada isi pesan kompetensi dasar IS.
Dengan mencermati seluruh uraian di atas, dapat ditetapkan bahwa sumber data penelitian ini berasal dari guru dan siswa. Dari guru diperoleh data: mengimplementasikan skenario pembelajaran IS sesuai KBK, meliputi susunan rancangan skenario pembelajaran dan pelaksanaan skenario pembelajaran. Berdasarkan sumber dari siswa diperoleh data kemampuan siswa pada penguasaan (pengetahuan) kompetensi dasar IS, pemahaman (afektif) isi pesan kompetensi dasar IS, dan tindakan (psikomotor) berdasarkan pemahamannya pada isi pesan kompetensi dasar IS.
Data dari guru diperoleh dengan lembar dokumentasi (untuk memperoleh susunan rancangan skenario pembelajaran) dan lembar observasi (untuk pelaksanaan skenario pembelajaran). Lembar tes digunakan untuk memperoleh data siswa pada pada penguasaan (pengetahuan) kompetensi dasar IS, pemahaman (afektif) isi pesan kompetensi dasar IS, serta lembar observasi untuk memperoleh data tindakan (psikomotor) siswa berdasarkan pemahamannya pada isi pesan kompetensi dasar IS.
Data yang telah diperoleh dari keseluruhan tindakan (siklus) selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Seperti ditegaskan oleh Miles dan Hubberman dalam Soedarsono (2001), bahwa analisis kualitatif merupakan model analisis yang sangat dianjurkan pada suatu penelitian tindakan kelas. Pada penelitian ini, analisis data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: (1) reduksi data, tim peneliti akan menyederhanakan data mentah dari keseluruhan tahapan siklus dengan jalan membuat fokus, klasifikasi, abstraksi data kasar menjadi data yang bermakna untuk dianalisis; (2) hasil tahapan pertama disajikan secara deskriptif melalui visualisasi bentuk tabel, grafik, dan diagram sehingga memudahkan pembacaan data; dan (3) penyimpulan atas sajian data hasil analisis.


8
Hasil merupakan dampak yang diperoleh dari keseluruhan siklus sehingga dapat diketahui tingkat keoptimalan tindakan tentang implementasi skenario pembelajaran sesuai KBK dan hasil peningkatan kemampuan siswa dalam penguasaan kompetensi dasar IS. Keduanya disesuaikan (didasarkan) pada indikator kinerja yang telah ditentukan.
Indikator keberhasilan tindakan ini, meliputi: (1) keoptimalan implementasi skenario pembelajaran IS sesuai KBK ditandai dengan adanya penyusunan dan penerapan skerario pembelajaran yang telah memenuhi unsur keterlibatan aktif siswa, akivitas belajar yang variatif, dan pelibatan sumber belajar secara menyeluruh; (2) peningkatan kemampuan siswa dalam penguasaan kompetensi dasar IS ditandai dengan unsur penggunaan evaluasi pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor berdasarkan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Untuk memecahkan permasalahan akan dilakukan serangkaian tindakan dalam lima siklus selama tujuh bulan efektif. Setiap siklus memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:
(1) Tahap Perencanaan, kegiatan yang dilaksanakan, meliputi:
Peneliti mengidentifikasi permasalahan kualitas proses belajar mengajar, penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar/prestasi belajar siswa sebagai acuan dalam memetakan permasalahan pokok pada penyusunan dan pelaksanaan skenario pembelajaran, serta hasil evaluasi pembelajaran berdasarkan KBK; Peneliti merumuskan kriteria yang tepat dalam implementasi skenario pembelajaran sesuai KBK dan tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar IS; Peneliti menyusun skenario pembelajaran dalam bentuk satuan pembelajaran yang tepat sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan; Peneliti menyusun alat evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor berdasarkan kompetensi dasar IS; Peneliti menyusun instrumen yang digunakan untuk mengetahui kualitas rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan skenario pembelajaran, melalui tes dan nontes (portofolio dan values clarification technique); Peneliti menetapkan model yang tepat untuk kegiatan tindakan.
(2) Tahap Tindakan, pada tahap ini, Guru IS melaksanakan seluruh isi pesan dalam tahap perencanaan pada proses pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran yang telah tersusun, kemudian diakhiri dengan kegiatan evaluasi pembelajaran.
(3) Tahap Diagnosis/Observasi, tahap ini pada hakikatnya dimaksudkan untuk mengetahui:
Apakah seluruh isi pesan susunan skenario pembelajaran telah memenuhi kriteria yang ditetapkan; Apakah seluruh isi pesan susunan skenario pembelajaran telah dilaksanakan oleh guru sesuai dengan kriteria yang ditetapkan; Apakah alat evaluasi telah memenuhi kriteria yang ditetapkan; Apakah telah diperoleh pengusaan siswa terhadap kompetensi dasar sesuai dengan kriteria yang ada; Adakah kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh guru dalam menyusun rancangan dan tindakan?; Faktor-faktor apakah yang menyebabkan keadaan itu terjadi; Alternatif-alternatif apakah yang dapat ditempuh untuk memecahkan permasalahan yang ada; Apakah hasil yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut.


9
(4) Tahap Refleksi dan Evaluasi, peneliti bersama guru berdiskusi untuk membahas temuannya selama kegiatan observasi. Hasil yang telah diperoleh dari sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan, kemudian hasil keduanya dibandingkan. Kegiatan komparasi ini untuk mengetahui kualitas implementasi skenario pembelajaran sesuai KBK dan tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar mata pelajaran IS
Hasil akhir pada Refleksi dan Evaluasi Siklus Pertama digunakan sebagai dasar untuk melakukan perencanaan pada Siklus Kedua dan seterusnya sampai dengan Siklus Kelima (terakhir). Pada bagian siklus terakhir (Kelima), peneliti memperoleh model yang tepat tentang: (1) implementasi skenario pembelajaran berdasarkan KBK dan (2) peningkatan penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar IS, di kelas 6 SDK Aletheia Mataram. Perolehan model didasarkan pada ketercapaian hasil tindakan terakhir (Siklus Kelima) berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan.
4. Hasil dan Bahasan
4.1 Hasil
Peneltian ini direncanakan berlangsung 5 siklus, dan masing masing-masing siklus terdiri dari tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tindakan, diagnosa/observasi dan tahap refleksi dan evaluasi. Hasil seluruh siklus disajikan sebagai berikut :
4.1.1 Siklus Pertama
Siklus ini dilaksanakan selama bulan Juli 2003. data yang diperoleh pada siklus ini dikelompokkan menjadi tiga bagian sekaligus menunjukkan tahapan kegiatan tiap satu siklus, yakni perencanaan, tindakan dan observasi, serta analisis dan refleksi. Hasilnya terlihat pada Tabel 1.


10
Tabel 1 Perolehan data hasil siklus pertama
No.
Tahap Kegiatan
Hasil
1.
Perencanaan

• Selama ini, pembelajaran IS yang diterapkan oleh guru masih lebih berorientasi pada penguasaan materi secara kognitif, anak lebih banyak belajar untuk menghafal, anak kurang tertarik dengan pelajaran IS atau pelajaran ini menjenuhkan bagi siswa karena materi sangat kering (melulu berupa hafalan). Pendekatan dan metode yang digunakan kurang variatif dan peran guru sangat menonjol sebagai pemberi dan pengarah materi pembelajaran.
• Selanjutnya dalam tahap perencanaan ini diperoleh kesepakatan dan hasil diskusi untuk pembenahan proses pembelajaran IS sesuai dengan rencana penelitian yaitu : tersusunnya rencana pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan (PAKEM); tersusunnya kriteria pemantauan kinerja guru dalam penerapan pembelajaran PAKEM; tersusunnya model evaluasi yang dapat mengukur pemahaman anak yang lebih dalam (afektif dan psikomotorik); dan Guru siap menerapkan rencana pembelajaran yang telah terisusun.

2.
Tindakan dan Onservasi

• Guru menerapkan skenerio pembelajaran yang telah ada dengan memanfaatkan media pembelajaran dan strategi pembelajaran PAKEM berdasarkan kurikulum KBK dalam pokok bahasan Negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Sementara tim peneliti yang lain mengamati proses pembelajaran yang berlangsung.
• Siswa cukup antusias dalam pembelajaran karena materi pelajaran menjadi menarik.
• Siswa aktif dalam proses pembelajaran, sementara guru lebih banyak berperan sebagai mediator dan fasilitator (siswa memiliki buku acuan yang relatif lengkap dalam pembelajaran)
• Ada beberapa hal yang belum terlaksana dengan baik yaitu: ada bagian materi yang telah direncanakan untuk dibahas, namun tidak terlaksana karena lingkup materi dalam perencanan terlalu luas. Oleh karenanya, perlu direncanakn media dan strategi pembelajaran yang tepat dengan ruang lingkup materi.
• Evaluasi pembelajaran belum dapat terlaksana karena kekurangan waktu.

3.
Refleksi dan Rencana Selanjutnya
Peneliti dan guru melakukan diskusi bersama untuk membenahi kekurangan yang ada, yakni dalam perencanaan pebelajaran dan kedua belah pihak sepakat untuk meningkatkan proses pembelajaran sesuai dengan indikator kinerja yang ada.


11
4.1.2 Siklus Kedua
Siklus ini dilaksanakan selama bulan Agustus 2003. Hasilnya terlihat pada tabel 2.
Tabel 2 Perolehan Data Hasil Siklus Kedua
No.
Tahap Kegiatan dan Siklus
Hasil
1.
Perencanaan
Peneliti dan guru :
• Menyusun skenario pembelajaran dengan luas materi yang memperhitungkan alokasi waktu (2 jam pelajaran) dengan pendekatan PAKEM berdasarkan KBK.
• Merancang evaluasi pembelajaran untuk mengukur kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam pembelajaran.

Ada kesepakatan antara peneliti dengan guru bahwa guru sebagai pelaksana pembelajran akan mempertahankan dan meningkatkan kemajuan yang telah diperolehnya.
2.
Tindakan dan Diagnosis/Observasi
Guru melaksanakan skenario pembelajaran yang hasilnya sebagai berikut :
• Guru nampak lebih santai dan mengelola pembelajaran dengan antusiasme tinggi dari siswa.
• Media pembelajaran yang dirancang dilaksanakan/digunakan dalam pembelajaran walaupun belum optimal.
• Pada akhir pembelajaran, guru telah melakukan evaluasi pembelajaran tetapi masih kekurangan waktu.
• Pelaksanaan pembelajaran sudah cukup baik yang terlihat dari antusias anak dalam pembelajaran.
• Anak lebih mudah /cepat memahami materi pembelajaran.
• Anak cukup aktif dalam proses pembelajaran baik bertanya, menanggapi maupun mengerjakan tugas atau melakukan aktivitas dalam pembelajaran.

3.
Refleksi dan Rencana Selanjutnya

• Guru sebagai pelaksana tindakan menyadari kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Untuk itu, disepakati untuk melakukan pembenahan skenario pembelajaran agar dapat mengakomodasi alokasi waktu yang tersedia, sehingga dapat dilakukan kegiatan pembelajaran inti dan evaluasi pembelajaran.
• Guru sudah mampu menerapkan media dan strategi pembelajaran. Hal ini perlu ditingkatkan lagi dalam pelaksanaan pembelajaran selanjutnya.



12
4.1.3 Siklus Ketiga
Siklus ini dilaksanakan selama bulan September 2003. Hasilnya terlihat pada tabel 3.
Tabel 3 Perolehan Data Hasil Siklus Ketiga
No.
Tahap Kegiatan dan Siklus
Hasil
1.
Perencanaan

• Terdapat penyempurnaan skenario pembelajaran yang telah disusun pada siklus II dengan memperhitungkan alokasi waktu.
• Disusun skenario pembelajaran dengan strategi PAKEM berdasarkan KBK yang lebih sesuai dengan kondisi kelas (anak didik). Skenario ini dirancang untuk dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran.
• Dirancang evaluasi pembelajaran, yang mampu mengukur kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.
• Guru akan mempertahankan dan sekaligus meningkatkan kemajuan yang telah diperoleh.

2.
Tindakan dan Onservasi
Guru melaksanakan skenrio pembelajaran yang telah disusun dengan hasil sebagai berikut:
• Guru lebih mampu mengendalikan kelas selama proses pembelajaran berlangung.
• Media pembelajaran yang dirancang sangat membantu dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif. Hal ini mengakibatkan siswa lebih mudah/cepat memahami materi pembelajaran.
• Pada akhir pembelajaran, telah melakukan evaluasi pembelajaran tetapi masih belum maksimal pencapaian hasilnya, karena soal terlalu banyak/panjang.
• Pelaksanaan pembelajaran sudah cukup baik yang terlihat dari antusias anak dalam pembelajaran.Hal ini terlihat pada semakin banyaknya siswa untuk bertanya, menanggapi maupun mengerjakan tugas atau melakukan aktivitas dalam pembelajaran.

3.
Refleksi dan Rencana Selanjutnya

• Guru sebagai pelaksana tindakan menyadari kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, meliputi ketepatan materi dengan karakteristik siswa, jumlah dan isi alat evaluasi, dan aspek yang diukur dalam evaluasi pemebelajaran.
• Perlu diupayakan model media dan strategi pembelajaran yang lebih variatif pada kegiatan pembelajaran berikutnya.



13
4.1.4 Siklus Keempat
Siklus ini dilaksanakan selama bulan Oktober 2003. Hasilnya terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Perolehan Data Hasil Siklus Keempat.
No.
Tahap Kegiatan dan Siklus
Hasil
1.
Perencanaan

• Peneliti dan guru kembali menyempurnakan skenario pembelajaran untuk siklus 4 dengan memperhatikan hasil analisis. Skenario pembelajaran yang dimaksud senantiasa mengembangkan unsur PAKEM sebagai strategi implementasinya.
• Seperti pada siklus sebelumnya, kegiatan pembelajaran akan dilakukan selama 2 jam pelajaran dengan tetap menonjolkan nuansa potensi riil anak sebagai basis pengembangan seluruh aspek pada diri anak.

• Oleh karenanya, rancangan evaluasi juga dikembangkan dengan memperhatikan ketiga aspek (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang bersifat integrated.
2.
Tindakan dan Diagnosis/Onservasi
Guru melaksanakan skenario pembelajaran yang ada dan hasilnya sebagai berikut:
• Interaksi belajar guru-siswa berlangsung dalam suasana menghargai potensi siswa.
• Jumlah siswa yang memberikan respon terhadap pembahasan materi semakin bertambah banyak, meskipun kualitas responnya belum begitu baik.
• Dalam mengelola kelas, guru lebih banyak menggunakan pendekatan partisipatif untuk membangkitkan respon aktif siswa.
• Kerja kelompok siswa lebih kondusif yang ditandai dengan adanya pembagian tugas yang jelas pada tiap-tiap anggota kelompok.
• Pada akhir kegiatan belajar mengajar, guru telah mencoba mengimplementasikan evaluasi seluruh aspek. Hasilnya menunjukkan adanya perubahan (peningkatan) yang lebih baik.
• Masih terdapat beberapa siswa yang mengalami salah konsep.

3.
Refleksi dan Rencana Selanjutnya

• Interaksi guru-siswa yang telah optimal perlu dipertahankan, bahkan dikembangkan lebih baik lagi.
• Guru perlu mempertahankan sistem kelompok bagi siswa untuk membahas konsep dasar.
• Penegasan penentuan tugas setiap anggota, aturan main diskusi kelompok, dan target yang diinginkan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan.
• Sistem evaluasi multi aspek senantiasa harus dipertahankan dan dikembangkan lagi pada siklus berikutnya.

Peneliti dan guru melakukan analisis terhadap perolehan data selama siklus ini. Perolehan data, meliputi capaian peningkatan, kendala yang dihadapi, pendorong yang ada, kemungkinan pengembangan lebih baik, dan penetapan rekomendasi untuk melakukan revisi pada skenario pembelajaran siklus berikutnya.


14
4.1.5 Siklus Kelima
Siklus ini dilaksanakan selama bulan Nopember 2003. Hasilnya terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Perolehan Data Hasil Siklus Kelima
No.
Tahap Kegiatan dan Siklus
Hasil
1.
Perencanaan

• Peneliti dan guru menyusun skenario pembelajaran untuk siklus terakhir (kelima) dengan memperhatikan beberapa hal sebagai implementasi refleksi siklus sebelumnya, meliputi pentingnya sistem kelompok bagi siswa, interaksi guru-siswa senantiasa harus dipertahankan dan dikembangkan, dan evaluasi pada multiaspek diri siswa.
• Bagian penting yang tidak boleh diabaikan dalam mengembangkan skenario pembelajaran ini adalah keharusan menggunakan unsur-unsur PAKEM sebagai dasar bagi implementasi refleksi siklus sebelumnya.

2.
Tindakan dan Diagnosis/Observasi
Guru melaksanakan skenario pembelajaran yang ada. Hasil yang dicapai sebagai berikut:
• Terdapat peningkatan yang sangat berarti pada interaksi belajar guru-siswa. Aktivitas ini berlangsung dalam suasana menghargai potensi siswa pada seluruh aspek secara integrated.
• Terdapat peningkatan jumlah siswa yang memberikan respon terhadap pembahasan materi semakin bertambah banyak, meskipun kualitas responnya belum begitu baik.Masih terdapat sebagian kecil siswa yang secara lisan tidak dapat menyampaikan respon, akan tetapi secara tertulis justru sebaliknya.
• Melalui pola partisipatif dalam pembelajaran ternyata mampu meningkatkan kualitas respon siswa. Hal ini terlihat pada meningkatnya kepercayaan diri siswa dan kemampuan berdebat siswa dengan siswa lainnya.
• Pola kerja kelompok yang anggotanya bervariasi memberikan kebermaknaan bagi siswa. Di mana siswa yang semula mengalami kesalahan konsep, pada siklus ini, kesalahan tersebut tidak terjadi lagi.
• Terdapat peningkatan kemampuan siswa secara komprehensif, meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor berdasarkan hasil evaluasi akhir siklus ini.
• Siswa memberikan respon positif terhadap guru yang melakukan evaluasi secara komprehensif. Jadi, evaluasi yang hanya terfokus pada satu aspek dirasakan sangat merugikan siswa.

3.
Refleksi dan Rencana Selanjutnya
Seperti siklus sebelumnya, peneliti dan guru melakukan analisis terhadap perolehan data selama siklus ini. Hasilnya adalah:
• Perolehan data pada siklus terakhir ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan capaian kinerja guru dan siswa, kedalaman konsep telah terjadi reduksi yang signifikan, guru telah terbiasa dengan model kerja kelompok yang anggota siswanya heterogen (variatif).
• Interaksi guru-siswa semakin optimal. Hal ini ditunjukkan dengan kualitas respon siswa, kuantitas siswa yang memberikan



15Tahap Kegiatan dan No. Hasil Siklus

respon, dan kuantitas siswa yang mengalami kesalahan konsep.
• Penegasan penentuan tugas setiap anggota, aturan main diskusi kelompok, dan target yang diinginkan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan. Beberapa komponen penting dalam kerja kelompok itu mendorong guru untuk mempertahankan sistem kelompok bagi siswa untuk membahas konsep dasar.
• Sistem evaluasi multiaspek telah memberikan kebermaknaan bagi siswa di kelas.


4.2 Bahasan
Untuk mengetahui apakah suatu siklus telah mencapai hasil yang optimal, maka peneliti melakukan konsultasi hasil dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator kinerja merupakan suatu ukuran bagi peneliti untuk memahami sejauh mana tingkat keoptimalan hasil pada tiap siklus. Kecermatan peneliti dan keakuratan data sangat menentukan keoptimalan capaian tindakan dan harapan pada penelitian ini. Bahasan dilaksanakan berdasarkan deskripsi data pada setiap rangkaian siklus.
4.2.1 Siklus Pertama
Pada tahapan perencanaan, data menunjukkan bahwa pembelajaran IS yang diterapkan oleh guru selama ini masih lebih berorientasi pada penguasaan materi secara kognitif. Anak lebih banyak belajar untuk menghafal, kurang tertarik dengan pelajaran IS atau jenuh dengan pelajaran ini karena materi sangat kering (berupa hafalan). Pendekatan dan metode yang digunakan kurang variatif dan peran guru sangat menonjol sebagai pemberi dan pengarah materi pembelajaran. Selanjutnya, dalam tahap perencanaan ini diperoleh kesepakatan dan hasil diskusi untuk pembenahan proses pembelajaran IS sesuai dengan rencana penelitian yaitu : tersusunnya rencana pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PAKEM; tersusunnya kriteria pemantauan kinerja guru dalam penerapan pembelajaran PAKEM; tersusunnya model evaluasi yang dapat mengukur pemahaman anak yang lebih dalam (afektif dan psikomotorik); dan guru telah memiliki kesiapan untuk menerapkan rencana pembelajaran yang telah ada.
Pada bagian tindakan dan diagnosis/observasi, nampak bahwa guru menerapkan skenario pembelajaran yang telah disusun dengan memanfaatkan media pembelajaran dan implementasi pendekatan PAKEM berdasarkan KBK dalam pokok bahasan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Hasil pengamatan jalannya proses pembelajaran menunjukkan siswa cukup antusias dalam pembelajaran karena materi pelajaran menjadi menarik dalam proses pembelajaran, sementara guru lebih banyak berperan sebagai mediator dan fasilitator (siswa memiliki buku acuan yang relatif lengkap dalam pembelajaran).Guru menerapkan pembelajaran dengan mengunakan metode yang berviariasi seperti perpaduan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Penerapan metode dalam pembelajaran diawali dengan melakukan pengundian terhadap masalah dan tugas yang harus dilakukan siswa dalam pembelajaran. Dengan metode ini anak


16
lebih aktif, tertarik dan senang dalam pembelajaran, walaupun belum maksimal. Beberapa hal yang belum terlaksana dengan baik yaitu: ada bagian materi yang telah direcanakan dibahas tidak terlaksana karena lingkup materi terlalu luas. Untuk itu perlu direncanakan media dan strategi pembelajaran yang variasinya lebih banyak, sehingga pembelajaran lebih menarik lagi. Namun, evaluasi pembelajaran belum dapat terlaksana karena kekurangan waktu.
Bagian analisis dan refleksi diketahui bahwa telah dilakukan diskusi bersama untuk membenahi kekurangannya yang ada, yakni dalam perencanaan pembelajaran dan tim peneliti sepakat untuk meningkatkan proses pembelajaran sesuai dengan kriteria yang disepakati bersama. Catatan ini sangat penting bagi perencanaan siklus kedua.
4.2.2 Siklus Kedua
Pada bagian perencanaan, setelah memperhatikan hasil analisis dan merupakan refleksi pada siklus ini, menunjukkan bahwa telah dilakukan penyusunan kembali skenario pembelajaran yang menggunakan pendekatan PAKEM sesuai KBKdengan luas materi yang memperhitungkan alokasi waktu untuk 2 jam pelajaran. Di samping itu, juga dilakukan perancangan evaluasi pembelajaran yang mampu mengukur kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam pembelajaran. Bagian-bagian penting yang telah dicapai pada siklus pertama akan dipertahankan dan sekaligus ditingkatkan lebih baik lagi pada siklus ini.
Setelah dilakukan serangkaian tindakan, maka hasil observasi menunjukkan guru melaksanakan skenario pembelajaran yang telah disusun dengan hasil, guru nampak lebih santai dan mengelola pembelajaran dengan memperhatikan alokasi waktu yang tersedia. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru senantiasa memperhatikan ketersediaan media pembelajaran. Guru menyiapkan petabuta wilayah negara-negara di Kawasan Asia dengan warna yang cukup menarik dan masing-masing wilayah berisi kode tertentu. Media ini kemudian dimanfaatkan guru dengan penggunaan motode yang bervariasi sebagaimana telah diterapkan pada siklus kesatu. Penerapan metode, menggunaan media dan sumber belajar lebih terarah dari pada siklus kesatu. Hal ini memberikan dampak pada antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa lebih mudah/cepat memahami materi pembelajaran. Di samping itu, siswa cukup aktif dalam proses pembelajaran baik bertanya, menanggapi maupun mengerjakan tugas atau melakukan aktifitas dalam pembelajaran. Pada akhir pembelajaran, guru telah mencoba melakukan evaluasi namun tidak tuntas, karena kekurangan waktu.
Berdasarkan kenyataan itulah, peneliti bersama guru melakukan analisis dan refleksi yang hasilnya dirumuskan sebagai berikut: guru sebagai pelaksana tindakan menyadari kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Disepakati untuk pembenahan skenario pembelajaran agar dapat mengakomodasi alokasi waktu yang tersedia, sehingga dapat dilakukan kegiatan pebelajaran inti dan evaluasi pembelajaran.Terkait dengan penggunaan media dan strategi pembelajaran sudah cukup baik penerapannya, disepakati untuk ditingkatkan lagi dalam pelaksanaan selanjutnya.


17
4.2.3 Siklus Ketiga
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus kedua, pada rancangan siklus ini diperoleh data tentang penyempurnaan skenario pembelajaran yang telah disusun pada siklus II dengan memperhitungkan alokasi waktu. Dirancang evaluasi pembelajaran, yang mampu mengukur kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam pembelajaran. Disusun skenario pembelajaran dengan tetap menggunakan pendekatan PAKEM berdasarkan KBK yang lebih sesuai dengan kondisi kelas (siswa). Skenario ini dirancang untuk dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran. Ada kesepakatan dengan guru sebagai pelaksana untuk meningkatkan dan mempertahankan kemajuan yang telah diperolehnya.
Pada bagian tindakan, hasil observasi menunjukkan bahwa guru melaksanakan skenario pembelajaran yang telah disusun. Guru nampak lebih santai dan mengelola pembelajaran dengan antusiasme tinggi. Media pembelajaran yang dirancang sangat membantu dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif. Media pembelajaran dilegkapi dengan penggunaan kartu-kartu yang berisikan pertanyaan dan atau tugas yang perlu dikerjakan/dijawab oleh siswa baik tertulis maupun lisan. Pertanyaan atau tugas yang tertera dalam kartu menjadi bahan diskusi anak dalam kelompok yang selanjutnya akan di sampaikan didepan kelas. Dengan pemanfaatan media pembelajaran yang lebih beragam dan metode pembelajaran yang bervariasi mendorong siswa lebih aktif , kreatif dan siswa nampak senang dalam pembelajaran IS. Pada akhir pembelajaran telah melakukan evaluasi pembelajaran tetapi masih belum maksimal pencapaian hasil pembelajaran anak karena soal terlalu banyak/panjang. Pelaksanaan pembelajaran sudah cukup baik yang terlihat dari antusias anak dalam pembelajaran, lebih mudah /cepat memahami materi pembelajaran, dan cukup aktif dalam proses pembelajaran baik bertanya, menanggapi maupun mengerjakan tugas atau melakukan aktifitas dalam pembelajaran.
Refleksi hasil dari siklus ini yang menjadi dasar penyusunan rencana selanjutnya yakni guru sebagai pelaksana tindakan menyadari kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Disepakati untuk pembenahan skenario dan evaluasi pembelajaran agar dapat mengakomodasi alokasi waktu yang tersedia, sehingga dapat dilakukan kegiatan pembelajaran inti dan evaluasi pembelajaran dengan efektif. Mengenai media dan strategi pembelajaran sudah cukup baik penerapannya, dan disepakati untuk ditingkatkan dalam pelaksanaan selanjutnya.
4.2.4 Siklus Keempat
Pada bagian perencanaan, diperoleh data tentang guru kembali menyempurnakan skenario pembelajaran untuk siklus 4 dengan memperhatikan hasil analisis. Skenario pembelajaran yang dimaksud senantiasa mengembangkan pendekatan PAKEM sebagai strategi implementasinya. Seperti pada siklus sebelumnya, kegiatan pembelajaran akan dilakukan selama 2 jam pelajaran dengan tetap menonjolkan nuansa potensi riil anak sebagai basis pengembangan seluruh aspek pada diri anak. Oleh karenanya, rancangan evaluasi juga dikembangkan dengan memperhatikan ketiga aspek (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang bersifat integrated.
Selama terjadinya tindakan, setelah diobservasi diketahui guru telah melaksanakan skenario pembelajaran yang ada, yang menghasilkan interaksi belajar guru-siswa berlangsung dalam suasana menghargai potensi siswa. Anak belajar berangkat


18
dari pengetahuan dan pemahaman yang sudah dimiliki dan paling menarik bagi siswa dari suatu wilayah yang sedang dipelajari. Media pembelajaran yang telah dilengkapi dan disempurnakan dari siklus kesatu sampai siklus ketiga tetap dimanfaatkan, sebagai dasar pengembangan materi pembelajaran. Selanjutnya pertanyaan dan tugas dikembangkan tantang hal-hal lain yang masih berkait dengan kondisi daerah atau wilayah yang dipelajari. Metode yang digunakan tetap bervariasi dengan memanfatkan media pembelajaran. Jumlah siswa yang memberikan respon terhadap pembahasan materi semakin bertambah banyak, meskipun kualitas responnya belum begitu baik. Dalam mengelola kelas, guru lebih banyak menggunakan pendekatan partisipatif untuk membangkitkan respon aktif siswa. Kerja kelompok siswa lebih kondusif yang ditandai dengan adanya pembagian tugas yang jelas pada tiap-tiap anggota kelompok. Pada akhir kegiatan belajar mengajar, guru telah mencoba mengimplementasikan evaluasi seluruh aspek. Hasilnya menunjukkan adanya perubahan (peningkatan) yang lebih baik walaupun masih terdapat beberapa siswa yang mengalami salah konsep.
Peneliti bersama guru melakukan analisis terhadap perolehan data selama siklus ini. Perolehan data, meliputi capaian peningkatan, kendala yang dihadapi, pendorong yang ada, kemungkinan pengembangan lebih baik, dan penetapan rekomendasi untuk melakukan revisi pada skenario pembelajaran siklus berikutnya. Interaksi guru-siswa yang telah optimal perlu dipertahankan, bahkan dikembangkan lebih baik lagi. Guru perlu mempertahankan sistem kelompok bagi siswa untuk membahas konsep dasar. Penegasan penentuan tugas setiap anggota, aturan main diskusi kelompok, dan target yang diinginkan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan. Sistem evaluasi multiaspek senantiasa harus dipertahankan dan dikembangkan lagi pada siklus berikutnya.
4.2.5 Siklus Kelima
Peneliti bersama guru menyusun skenario pembelajaran untuk siklus terakhir (kelima). Beberapa yang telah diperhatikan sebagai impelemntasi refleksi siklus sebelumnya meliputi pentingnya sistem kelompok bagi siswa, interaksi guru-siswa senantiasa harus dipertahankan dan dikembangkan, dan evaluasi pada multiaspek diri siswa. Bagian penting yang tidak boleh diabaikan dalam mengembangkan skenario pembelajaran ini adalah keharusan menggunakan unsur-unsur PAKEM sebagai dasar bagi implementasi refleksi siklus sebelumnya.
Guru dalam melaksanakan skenario pembelajaran yang ada, terdapat peningkatan yang sangat berarti pada interaksi belajar guru-siswa. Aktivitas ini berlangsung dalam suasana menghargai potensi siswa. Guru lebih maksimal menggunakan metode yang bervariasi dengan memanfaatkan media pebelajaran. Siswa sangat antusias, aktif dan menunjukan semangat (senang) dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah siswa yang memberikan respon terhadap pembahasan materi. Kerjasama siswa dalam kelompok cukup baik dilihat dari respon, partisipasi dalam penyeesaian tugas, masalah dan saling mendukung/mengisi antara anggota kelompok. Namun demikian, masih terdapat sebagian kecil siswa yang secara lisan tidak dapat menyampaikan respon dengan baik, akan tetapi secara tertulis bahkan sebaliknya.


19
Dengan mempertahankan pola partisipatif ini, terdapat peningkatan kualitas respon siswa. Di samping itu, siswa telah menunjukkan kemajuan dalam kepercayaan diri dan kemampuan berdebat dengan siswa lain. Pola kerja kelompok yang anggotanya bervariasi memberikan kebermaknaan bagi siswa. Siswa yang semula mengalami kesalahan konsep, pada siklus ini, kesalahan tersebut tidak terjadi lagi.
Terdapat peningkatan kemampuan siswa secara komprehensif, meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor berdasarkan hasil evaluasi akhir siklus ini. Siswa memberikan respon positif terhadap guru yang melakukan evaluasi secara komprehensif. Jadi, evaluasi yang hanya terfokus pada satu aspek dirasakan sangat merugikan bagi diri siswa.
Sebagai akhir refleksi dari seluruh implementasi siklus, seperti siklus sebelumnya, tim peneliti melakukan analisis terhadap perolehan data selama siklus ini. Perolehan data pada siklus terakhir ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan capaian kinerja guru dan siswa, kedalaman konsep telah terjadi reduksi yang signifikan, guru telah terbiasa dengan model kerja kelompok yang anggota siswanya heterogen (variatif).
Interaksi guru-siswa semakin optimal. Hal ini ditunjukkan dengan kualitas respon siswa, kuantitas siswa yang memberikan respon, dan berkurangnya siswa yang mengalami kesalahan konsep. Penegasan penentuan tugas setiap anggota, aturan main diskusi kelompok, dan target yang diinginkan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan. Beberapa komponen penting dalam kerja kelompok itu mendorong guru untuk mempertahankan sistem kelompok bagi siswa untuk membahas konsep dasar. Sistem evaluasi multi aspek telah memberikan kebermaknaan bagi siswa di kelas.
Berdasarkan implementasi dari semua siklus, diketahui bahwa pada siklus kelima (terakhir) data telah menunjukkan adanya perubahan ke arah lebih optimal sebagai bentuk telah terjadinya suatu peningkatan. Hal ini sesuai dengan indikator keinerja bahwa keoptimalan implementasi skenario pembelajaran IS sesuai KBK ditandai dengan adanya penyusunan dan penerapan skenario pembelajaran yang telah memenuhi unsur keterlibatan aktif siswa, akivitas belajar yang variatif, dan pelibatan sumber belajar secara menyeluruh. Peningkatan kemampuan siswa dalam penguasaan kompetensi dasar IS ditandai dengan unsur penggunaan evaluasi pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara komprehensif/integratif berdasarkan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
5. Simpulan dan Saran
5.1 Simpulan
Berdasarkan implementasi dari semua siklus, diketahui bahwa pada siklus kelima (terakhir) data telah menunjukkan adanya perubahan kearah lebih optimal sebagai bentuk telah terjadinya suatu peningkatan. Hal ini sesuai dengan indikator kinerja bahwa : Keoptimalan implementasi skenario pembelajaran IS sesuai KBK ditandai dengan adanya penyusunan dan penerapan skenario pembelajaran yang telah memenuhi unsur keterlibatan aktif siswa, aktivitas belajar yang variatif, dan pelibatan sumber belajar secara menyeluruh. Penerapan ini berdampak pada peningkatan kemampuan siswa dalam penguasaan kompetensi dasar IS ditandai dengan unsur penggunaan evaluasi pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara komprehensif/integratif berdasarkan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping


20
itu peningkatan sebagai wujud dari implementasi tindakan berupa sistem kelompok bagi siswa, interaksi guru-siswa senantiasa harus dipertahankan dan dikembangkan, dan evaluasi pada multiaspek diri siswa. Bagian penting yang tidak boleh diabaikan dalam mengembangkan skenario pembelajaran ini adalah keharusan menggunakan unsur-unsur PAKEM sebagai dasar bagi penyelenggaraan pembelajaran.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:
SDK Aletheia Mataram sebagai lembaga mitra FKIP Universitas Mataram diharapkan dukungan dan berpartisipasi aktif pada upaya peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya mata pelajaran Ilmu Sosial. Untuk itu, beberapa pihak yang terdapat di dalamnya diharapkan:
Sekolah hendaknya memfasilitasi kekurangan-kekurangan yang dialami oleh para guru dalam menyelenggarakan pembelajaran, memberikan dukungan bagi para guru untuk mengadakan jalinan kemitraan dengan perguruan tinggi (LPTK) setempat guna mewujudkan aktivitas pembelajarn yang optimal.
Guru mata pelajaran Ilmu Sosial hendaknya memperhatikan implementasi skenario pembelajaran IS sesuai KBK ditandai dengan adanya penyusunan dan penerapan skenario pembelajaran yang telah memenuhi unsur keterlibatan aktif siswa, aktivitas belajar yang variatif, dan pelibatan sumber belajar secara menyeluruh. Memperhatikan peningkatan kemampuan siswa dalam penguasaan kompetensi dasar IS ditandai dengan unsur penggunaan evaluasi pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara komprehensif/integratif berdasarkan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Mengingat siswa memiliki peran yang cukup besar terhadap keberhasilan proses belajar mengajar (IS), untuk itu mereka dituntut untuk berperan aktif pada proses belajar mengajar mata pelajaran IS.
FKIP Universitas Mataram sebagai satu-satunya LPTK negeri di Propinsi Nusa Tenggara Barat, diharapkan dapat senantiasa menjalin kemitraan dan sekaligus mengembangkan jalinan itu pada kegiatan sejenis. Untuk itu dosen Pendidikan IPS-PPKN FKIP Universitas Mataram, khususnya yang tertarik dengan kajian pembelajaran diharapkan lebih menajamkan kajian serupa pada kasus dan kondisi yang berbeda. Hal ini amat penting dalam rangka mencari format (model) yang paling tepat pada proses belajar mengajar Ilmu Sosial, khususnya di SDK Aletheia Mataram.


21
Pustaka Acuan
Corebima. (2002). Teori belajar konstruktivisme. Jakarta Direktorat SLTP Ditjen Dikdasmen Depdiknas.
Depdiknas (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Mata Pelajaran Ilmu Sosial (IS). Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas.
-------------. (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas.
Djamarah, S.B. dan Zain, A. (1996). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Herianto, E. (2000). Upaya meningkatkan prestasi belajar mahasiswa S1/1996 PPKN FKIP Universitas Mataram melalui pemberian tugas terstruktur. Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Mataram: Lembaga Penelitian Universitas Mataram.
---------------. (2002). Otonomi guru pada era kurikulum berbasis kompetensi. Makalah disajikan dalam Seminar Regional HMJ PIPS FKIP Universitas Mataram. Mataram: 12 Nopember 2002.
Jarrolimek, J. (1996). Social studies in elementary school. Albany, NY: Brookline Books.
Messick, C. (1997). Methods and strategies for teaching in elementary schools (3rd.ed.). White Plains, NY: Longman.
Natawidjaya, R. (1989). Pengembangan program pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Nur, M. (2000). Pengajaran berpusat kepada siswa dan pendekatan konstruktivis dalam pengajaran. Surabaya: Pusat Studi matematika dan Sains Sekolah UNESA.
Soedarsono, FX. (1996). Pedoman pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta: BP3GSD, UP3SD, UKMP-SD Ditjen Dikti Depdikbud.
Soedarsono, FX. (2001). Aplikasi penelitian tindakan kelas. Jakarta: PAU Ditjen Dikti Depdiknas.
Sudjana, N. (1998). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.
Sulaimi, M. (1999). Penelitian tindakan kelas tentang upaya peningkatan kualitas PPL Mata Pelajaran PPKN dengan memanfaatkan Format APKG di SMUN 3 Mataram. Laporan Penelitian. Mataram: Lemlit Universitas Mataram.


22
Sumarno (1996). Pedoman pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK). Yogyakarta: BP3GSD, UP3SD, UKMP-SD Ditjen Dikti Depdikbud.
Suparno (1998/1999). Strategi belajar mengajar IPS. Jakarta: P2GSD Ditjen Dikti Depdiknas.
Supriyadi (1998/1999). Pendekatan keterampilan proses. Jakarta: P2GSD Ditjen Dikti Depdiknas.
Suyanto (1996). Pedoman pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK). Yogyakarta: BP3GSD, UP3SD, UKM-SD Dirjen Dikti Depdikbud.
Tim Pelatih Proyek PGSM. (1999). Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research: Bahan pelatihan dosen LPTK dan guru sekolah menengah. Jakarta: P2GSM Ditjen Dikti Depdiknas.
Usman, M.U. (2000). Menjadi guru professional. Bandung: Rosdakarya.
Wellton dan Mallan. (1996). Teaching and learning elementary social studies. (6Th-Ed.). Boston: Allyn and Bacon.
Wijaya dan Tabrani. (1991). Kemampuan dasar guru dalam proses belajar mengajar. Bandung: Remaja Rodakarya.


23


Tidak ada komentar:

Posting Komentar